Komisi VII DPR RI: Energi Terbarukan di Laut akan Topang Perekonomian Nasional
MNOL, Jakarta – Sarasehan Maritim dan Energi yang digelar oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (IKA ITS) dengan tema “Percepatan Infrastruktur Kemaritiman & Kemandirian Energi Dalam Mewujudkan Pembangunan Nasional Yang Berkelanjutan,” yang dilaksanakan Ballroom Kementerian Kelautan & Perikanan, Gedung Mina Bahari III, Sabtu, (17/12) merumuskan soal pembangunan infrastruktur dan ekonomi Indonesia sebagai negara maritim.
Salah satu speaker dalam acara itu, Anggota DPR RI Komisi VII Satya Widya Yudha menekankan pentingnya penggunaan energi baru terbarukan di laut untuk menopang perekonomian nasional.
“Peluang renewable energy di Indonesia cukup besar agar harganya menjadi kompetitif, bila mahal maka pemerintah harus melakukan subsidi,” ujar Satya di sela-sela acara tersebut.
Hal itu mengingat kekayaan alam Indonesia di laut sangat melimpah, termasuk cadangan Migas yang belum dieksplorasi berjumlah 75% berada di laut, dan sumbedaya energi laut yang belum dikembangkan sama sekali.
Mulai dari energi arus laut, energi gelombang laut maupun panas laut (OTEC) yang sangat melimpah. Secara praktis Indonesia pada 2014 memiliki potensi energi laut setara dengan lebih dari 60.000 MW, terdiri dari energi arus laut sebesar 17.989 MW, energi gelombang sebesar 1.995 MW, dan energi panas laut sebesar 41.000 MW.
Sambung Satya, potensi ini setara dengan nilai investasi sebesar USD 11 Milyar, dan pembukaan lapangan kerja lebih dari 214.000 tenaga kerja langsung, dengan pencegahan emisi karbon sebesar 178 juta ton CO2.
“Potensi ini perlu ditangkap sebagai salah satu lokomotif ekonomi baru, dengan menyiapkan kemampuan industri energi laut dalam negeri. Untuk itu Pemerintah perlu membentuk badan khusus yang menangani hal ini, dengan membentuk Badan Nasional Pengembangan Industri Energi Laut,” ungkapnya.
Kendati ia tidak menyebutkan berapa besarnya subsidi yang harus disiapkan pemerintah untuk membangun itu. Sementara pihaknya masih menyusun skema data-data pengembangan energi itu yang diambil dari hasil fossil fuels energy revenue.
“Itu dimaksudkan agar PLN atau yang lainnya dalam membeli renewable energy itu bisa tertutupi,” tambahnya.
Senada dengan Satya, Ketua Pengurus Pusat IKA ITS, Dwi Soetjipto menyatakan pengembangan energi laut itu perlu dioptimalkan.
“Energi konvensional akan habis dan energi terbarukan tidak akan habis, jadi pengembangan energi terbarukan ini suatu keniscayaan, apalagi di laut,” terang Dwi.
Untuk pengelolaan itu, melalui forum ini, IKA ITS juga mendorong perumusan konsepnya hingga penyiapan SDM.
“Kita mendorng untuk pemberian intensif kepada pihak-pihak yang mengembangkan energi baru terbarukan. Karena kita tahu tidak semuanya bisa ditanggung oleh APBN,” tandasnya.
IKA ITS aadalah organisasi yang menjadi wadah komunikasi dan interaksi Alumni ITS Surabaya guna mensinergikan dan mengoptimalkan segenap potensi Alumni ITS, agar lebih berperan aktif dalam pembangunan nasional. Hingga saat ini, ITS telah meluluskan lebih dari 98 ribu Alumni.
Banyak alumni ITS yang menduduki posisi-posisi strategis, baik di instansi pemerintahan, lembaga politik, perusahaan nasional, dan multinasional, serta tidak sedikit yang berhasil menjadi pengusaha yang sukses.(Tan/MN)




















