Kisah Seorang Pahlawan dari Samudera, KETIKA LAUT TAK LAGI MEMANGGIL

 

Catatan kecil dari Klinik Sentra Maritim Medika di Hari Pahlawan

oleh: Wisnu Wardana
(Kepala BKKP
Kementerian Perhubungan)

Dia bukan prajurit bersenjata, tapi setiap hari ia berperang melawan ombak dan kesepian.
Namanya Rahman, lelaki tua seorang pelaut senior yang datang ke klinik kami dengan map lusuh dan punya harapan sederhana: agar masih bisa berlayar sekali lagi.

Sejak memimpin Balai Kesehatan Kerja Pelayaran (BKKP) di Mei 2025, saya semakin sering bertemu dengan sosok-sosok seperti Beliau. Klinik utama kami, Sentra Maritim Medika Clinic (SMMC), menjadi tempat para pelaut memeriksakan kesehatan , para penjaga denyut nadi logistik negeri ini, yang hidupnya dihabiskan di tengah samudra, jauh dari keluarga dan kenyamanan darat.

Setiap pelaut yang datang membawa kisahnya sendiri. Ada yang baru pertama kali ke laut, ada yang sudah mengarungi samudra puluhan tahun. Tapi di antara sekian banyak wajah, satu yang tak pernah saya lupakan adalah Pak Rahman.

Masih ingat, waktu itu di pagi hari yang tenang di bulan Agustus kemarin. Klinik masih sepi ketika seorang pria tua datang perlahan, membawa map lusuh dan selembar surat yang sudah kekuningan. Di map itu tertulis: “Medical Check Up – Renewal.”

Usianya sudah tak muda lagi, kulitnya legam, tangannya kasar, dan matanya teduh tapi letih. Namun senyumnya hangat, penuh keteguhan.
“Masih kuat berlayar, Dok. Anak bungsu saya baru mau kuliah,” katanya lirih.

Pemeriksaan berjalan tenang. Tekanan darah tinggi, gula naik, jantung mulai melemah. Tubuhnya sudah tak sekuat dulu. Dan saat hasil lab keluar, suasana ruang periksa mendadak hening.

Ia menatap dokter dengan mata berkaca, “Berarti saya nggak bisa ke laut lagi ya, Dok?”
Kalimat itu sederhana, tapi ada getar yang dalam. Sebelum siapa pun menjawab, air matanya pelan-pelan menetes.

“Dulu waktu istri saya sakit, saya sedang berlayar di laut jauh. Nggak sempat pulang. Dua hari kemudian, saya cuma bisa dengar kabar kepergiannya lewat radio kapal,” katanya pelan.
Ia menarik napas panjang. “Sejak itu saya janji, saya harus kerja keras buat anak-anak. Biar mereka nggak merasa kehilangan kebahagiaan meski tanpa kehadiran ibunya.”

Ruangan itu sunyi. Tak ada suara selain embusan napas pelaut tua yang baru menyadari: laut yang dulu jadi sumber hidup, kini tak lagi memanggilnya.

Perawat kami mendekat, menggenggam tangannya, “Pak, sekarang waktunya jaga kesehatan. Laut sudah cukup lama dijaga Bapak. Sekarang giliran keluarga yang menunggu di darat.”

Pak Rahman tersenyum lagi, tapi kali ini dengan air mata yang tak bisa ditahan. Sebelum pulang, ia menulis pesan kecil di kertas bekas mapnya. Tulisan tangannya gemetar, tapi jelas terbaca:

“Terima kasih sudah memperlakukan saya bukan sebagai pasien, tapi sebagai manusia.”

Hari itu, kami semua terdiam lama. Tak ada suara alat medis, tak ada percakapan ringan. Di ruang kecil SMMC itu, kami merasa baru saja melepas seorang pahlawan bukan yang gugur di medan perang, tapi yang berjuang di laut, di antara badai dan kesepian.

Tulisan kecil itu kini saya bingkai dan letakkan di ruang rapat utama. Sebagai pengingat, bahwa di balik setiap pasien ada kisah pengorbanan, kehilangan, dan cinta yang tak pernah diceritakan.

Sebagai pemimpin, saya sering berbicara tentang target, ISO, akreditasi, dan inovasi pelayanan. Tapi hari itu saya belajar sesuatu yang jauh lebih penting:
bahwa standar tertinggi dari sebuah klinik bukan hanya mutu pelayanan, melainkan mutu rasa kemanusiaan.

Saya menatap tim saya: dokter, perawat, petugas pendaftaran, sopir ambulans, petugas keamanan, hingga tenaga kebersihan dan saya berkata pelan,

“Kita bukan hanya menyembuhkan tubuh, tapi juga menenangkan hati mereka yang datang dengan beban.”

Pak Rahman mungkin tak lagi berlayar, tapi jejak langkahnya tetap hidup di setiap ombak yang menghantam dermaga. Ia bukan hanya pelaut, ia adalah pahlawan yang menukar waktu, kesehatan, dan kebahagiaan demi orang lain.

Dan bagi kami di Sentra Maritim Medika, ia adalah pengingat bahwa pelayanan sejati lahir dari empati. Bahwa dalam setiap pemeriksaan, ada kehidupan yang sedang diperjuangkan.

Karena pada akhirnya, memimpin bukan soal memerintah, tapi soal memanusiakan manusia.
Jadilah pahlawan yang manusiawi bagi sekelilingmu.

Selamat Hari Pahlawan 2025

 

Bayu

Jurnalis Maritimnews.com

Share
Published by
Bayu

Recent Posts

Bangkitkan Kesadaran, Koperasi KSTKBM Gelar Sosialisasi APD Tahun 2025

Jakarta (Maritimnews) - Dalam rangka penerapan program K3, sekaligus membangkitkan kesadaran pekerja, Koperasi Karya Sejahtera…

53 mins ago

UPP Tanjung Redeb Gelar Sosialisasi Perkuat Implementasi Inaportnet

Tanjung Redeb (Maritimnews) - Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan transparansi layanan kepelabuhanan, Kantor Unit Penyelenggara…

16 hours ago

CMA CGM Foundation Peduli Dunia Pendidikan Indonesia 

Jakarta (Maritimnews) - CMA CGM Foundation menunjukkan kepedulian terhadap masa depan anak Indonesia dengan melakukan…

6 days ago

BKKP Kemenhub Raih ISO 9001:2015 Quality Management System

Jakarta (Maritimnews) - Balai Kesehatan Kerja Pelayaran (BKKP) Kementerian Perhubungan meraih sertifikasi ISO 9001:2015 untuk…

7 days ago

Sepanjang Tahun 2025, Pendonor Darah Sukarela TPK Koja Capai 225 Kantong

Jakarta (Maritimnews) - KSO Terminal Petikemas Koja (TPK Koja) bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia…

1 week ago

Keunggulan IPCC Integrated Auto Solutions Menarik Investor

Jakarta (Maritimnews) - Dalam rangka mewujudkan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IDX:IPCC) sebagai pemimpin ekosistem…

2 weeks ago