Published On: Fri, Apr 7th, 2017

Berdirinya APMN, bentuk Keberhasilan Program GERPARI

Usaha Pakan Ikan nasional semakin menggeliat di tengah program GERPARI

MNOL, Jakarta – Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet  Soebjakto dalam acara pembukaan VALIDATION  WORKSHOP  bertajuk “Preparation of Full TCP Project Supporting Local Feed Self-Sufficiency for Inland Aquaculture Development in Indonesia yang diselenggarakan di Gedung Mina Bahari IV lantai 15 di Jakarta, (7/4) turut memperkenalkan Asosiasi Pakan Mandiri Nasional (APMN).

APMN yang diketuai oleh Syarifuddin telah dikukuhkan sebanyak 20 pelaku usaha pakan mandiri dari berbagai Provinsi di Indonesia. Asosiasi ini diharapkan dapat menjadi mitra KKP dalam pengembangan pakan mandiri nasional.

“Kami akan berusaha secara optimal untuk membantu pengembangan GERPARI (Gerakan Pakan Ikan Mandiri) yang telah dicanangkan oleh KKP,” tutur Syarifuddin.

APMN merupakan wadah bagi para pelaku usaha pakan mandiri yang bertujuan untuk membangun perikanan budidaya berbasis pakan mandiri yang berkualitas dengan harga terjangkau. Intinya keberadaan APMN diharapkan mampu mengkoordinasikan para pelaku usaha pakan mandiri untuk mendukung pengembangan usaha budidaya di sentra-sentra produksi di berbagai daerah.

Selama 2 (dua) tahun berjalan (2015-2016), program GERPARI telah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Produksi pakan ikan mandiri yang dihasilkan dari program GERPARI mengalami peningkatan sebesar 300%, yaitu dari 16.800 ton di tahun 2015 menjadi 62.100 ton pada tahun 2016. GERPARI juga turut berkontribusi terhadap penurunan volume impor bahan baku pakan ikan. Impor bahan baku pakan ikan menurun hingga 27% yaitu dari 303.932 ton pada tahun 2015 menjadi 221.564 ton pada tahun 2016.

Penurunan impor bahan baku pakan ikan ini juga disebabkan oleh efektifitas kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan yang gencar memberantas IUU Fishing, sehingga berdampak terhadap ketersediaan ikan non ekonomis sebagai bahan baku tepung ikan.

“Melalui GERPARI ini, telah dibentuk kelompok–kelompok pakan ikan mandiri guna memenuhi kebutuhan kelompok pembudidaya di masing-masing wilayah secara berkelanjutan,” terang Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto dalam acara tersebut.

Pengembangan GERPARI juga mampu menekan biaya produksi budidaya hingga di bawah 60%. Dengan kata lain, pembudidaya mendapatkan nilai tambah keuntungan sebesar Rp4.000 – 5.000 per kg.

Didi (50), Ketua Kelompok Nila Alam Sari Kabupaten Pandeglang yang telah berhasil dalam pengelolaan pakan mandiri. Menurut Didi, kelompoknya telah mampu memproduksi pakan mandiri dengan kapasitas 4 ton per hari dengan jangkauan suplai untuk pembudidaya di Kabupaten Pandeglang dan daerah lain seperti Indramayu.

Keberadaan kelompoknya menurut Didi, telah mendapat respon positif dari para pembudidaya karena secara umum memberikan dampak positif terutama meningkatnya nilai tambah keuntungan yang diraup.

Guna mendukung suplai kebutuhan pakan nasional, selain dengan GERPARI, DJPB juga menggarap program pembangunan pakan skala medium berkapsitas 1 ton per jam. Tahun 2017, pembangunan pakan rencananya akan difokuskan di Kabupaten Pangandaran, khusus untuk mendukung ketersediaan pakan bagi budidaya ikan kakap putih (Baramundi).

Di samping itu, revitalisasi pabrik pakan UPT diarahkan dalam upaya menggenjot kapasitas produksi yang selama ini masih belum optimal. “DJPB setidaknya memiliki 9 UPT yang memiliki pabrik pakan, yang tersebar di Aceh, Jambi, Lampung, Karawang, Sukabumi, Jepara, Situbondo, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara,” papar Slamet.

Menurut Slamet, upaya-upaya tersebut merupakan langkah konkret untuk menjamin ketersediaan pakan yang terjangkau oleh para pembudidaya skala kecil, yang saat ini masih dihadapkan pada kendala inefisiensi produksi. GERPARI diharapkan akan memicu multiplier effect antara lain munculnya kelompok penyedia alat bahan baku dan juga kelompok pemasaran pakan ikan mandiri.

Slamet menambahkan, seiring dengan tuntutan global terkait isu sustainability, pihaknya juga akan mendorong upaya sertifikasi terhadap bahan baku pakan tepung ikan. Sertifikasi ini diarahkan untuk menjamin kualitas tepung ikan dan ketelusurannya. Artinya tepung ikan yang diperoleh selain harus terjamin kualitasnya, juga sumber ikan harus didapatkan dengan cara-cara ramah lingkungan.

“Diharapkan dengan adanya sinergi yang baik dari hulu sampai hilir ini, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat kelautan dan perikanan khususnya pembudidaya ikan, sehingga dapat menuju masyarakat perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan,” pungkas Slamet.

(Anug/MN)

About the Author

- Akun ini merupakan akun milik tim redaksi MaritimNews.com dan dikelola oleh tim. akun twitter @MaritimNewsCom

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com