Published On: Fri, Feb 3rd, 2017

Berikut Solusi Lay Up pada Kapal dan Fase Aktifasinya

Oleh Ir. Sjaifuddin Thahir, MSc*

Ilustrasi

MN – Sebelum kita mempertimbangkan untuk melakukan keputusan kapal dilakukan lay-up maka kita harus memiliki pertimbangan sebagai berikut: (1)Situasi pasar muatan saat itu sesuai dengan jenis kapal dan perkiraan berapa lama waktu kapal akan dilakukan lay-up; (2) Berapa sebenarnya penghematan biaya operasional per hari, bila dibandingkan dengan kemampuan produksi kapal dan kondisi pasar kargo serta biaya pengaktifan kembali kapal; dan (3) Sisa masa pakai kapal yang produktif untuk beroperasi dan nilai kapal.

Faktor-faktor pertimbangan tersebut tidak hanya dapat membantu pemilik dalam membuat keputusan lay up, akan tetapi juga dalam menyimpulkan sejauh mana kapal bila dilakukan lay-up.

Ada dua jenis lay-up kapal yaitu Hot Lay Up dan Cold Lay Up

Hot Lay Up

Lay up jenis ini mencakup periode yang biasanya relatif lebih singkat, biasanya kurang dari 12 bulan. Untuk itu, Crewing dapat dipertahankan atau sedikit dikurangi, tentunya dengan permohonan kepada pemerintah, dengan mesin tetap dapat beroperasi termasuk sistem dalam kapal lainnya harus tetap terawat dengan baik.

Dalam hot lay-up pemilik memiliki manfaat dengan mudah dan tanpa biaya yang signifikan. Namun jenis lay up ini biasanya penurunan biaya operasional sehari-hari tidak banyak (saving tidak banyak).

Cold Lay Up

Lay up jenis ini cenderung bisa lebih lama, seringkali bisa 12 bulan sampai beberapa tahun. Kapal dalam kondisi cold lay-up, mesin kapal dan sistem lain tidak dioperasikan. Hanya generator saja sebagai penyedia listrik ke peralatan kapal yang diperlukan.

Crewing dapat diminimalkan untuk “skeleton crew” atau diganti dengan hired lay-up crew, mereka bekerja sesuai dengan jam tugas jaga, menjaga potensi kebakaran dan kebocoran, serta menjaga mesin dan lambung kapal. Cold lay-up dapat mengurangi biaya operasional secara signifikan tetapi harus ada upaya tambahan dan risiko terutama yang berkaitan dengan pengaktifan kembali kapal.

Sebelum lay up harus dilakukan penilaian risiko lay-up, mempersiapkan kapal lay up dan memberi tugas jaga pada ABK, tindakan pencegahan lingkungan dan kapal dari tantangan yang mungkin akan dihadapi sebagai berikut:

  • Mencari lokasi di laut atau di sungai yang tepat untuk pelaksanaan lay-up untuk kapal, prospek untuk pengaturan tambat kapal yang aman, kapal terkena pengaruh cuaca, risiko tabrakan dengan kapal lain, atau jangkar yang dapat menahan kapal bergeser dll
  • Meminimalkan resiko terjadinya kebakaran, kebocoran dan keamanan kapal.
  • Memperhatikan manual dan prosedur untuk inspeksi dan pemeliharaan kapal.
  • Memperhatikan rencana tanggap darurat, pengaturan evakuasi dan langkah-langkah anti-polusi.
  • Menunjuk ABK yang cukup berpengalaman.
  • Berkonsultasi dengan konsultan yang memang professional bidang lay-up dan menetapkan prosedur lay-up untuk memastikan semua persyaratan lay-up berada di kapal untuk mengurangi kesulitan saat pengaktifan kembali kapal pada masa yang akan datang.
  • Selain itu, pemilik kapal harus mempertimbangkan faktor-faktor komersial seperti biaya-biaya yang akan timbul dan kesiapan melakukan operasi kembali, lokasi yang tepat guna charter berikutnya dan aksesibilitas ke kapal saat lay-up.

Persiapan Lay-up untuk mobile offshore unit menuntut dilakukan dengan benar untuk menghindari kerusakan peralatan kapal. Memerlukan alat pengering udara dipertahankan dalam ruang internal, pelumasan peralatan sensitif, pemeliharaan perangkat lunak, pengeringan dan pembersihan tangki, pemeriksaan peralatan mesin, mempersiapkan daerah akomodasi dll. Disarankan untuk berkonsultasi dengan konsultan atau badan klasifikasi mengenai hal ini.

Pengaktifan kembali kapal untuk beroperasi adalah fase yang lebih menantang dari seluruh periode lay-up, dengan isu-isu kemungkinan peralatan. Namun, jika langkah-langkah yang diambil pada saat lay-up telah dikelola dengan baik, maka pengaktifan kembali dan potensi komplikasi yang mungkin terjadi selama proses pengaktifan akan diminimalisir. Faktor-faktor lain yang mungkin akan mempengaruhi kompleksitas pengaktifan kapal adalah jenis kapal dan usia kapal serta lamanya waktu kapal di-lay-up.

Tantangan yang dihadapi selama fase pengaktifan kembali kapal dapat lebih lama dari periode lay-up, tapi biasanya masalah yang terjadi adalah:
1.    Korosi akibat kelembaban dan kurang pelumasan, termasuk pipa dan katup.
2.    Mengaktifkan kembali mesin induk yang tidak difungsikan dan kurangnya minyak pelumas.
3.    Kegagalan dan kerusakan pada regulator, elektronik dan peralatan kontrol lainnya.
4.    Situasi pasar saat itu dan perkiraan waktu di lay-up.
5.    Kerusakan bunker di dalam tangki yang berubah menjadi padat jika dibiarkan tanpa pengawasan dalam waktu yang lama.

Kadang-kadang ini sering dilupakan bahwa ketika pengaktifan kembali kapal pemilik harus memberitahukan dan berkonsultasi dengan perusahaan asuransi, badan klasifikasi, pihak otoritas pelabuhan dan negara bendera.

 

*Penulis adalah Manajer Senior Divisi Aset PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)

About the Author

- Akun ini merupakan akun milik tim redaksi MaritimNews.com dan dikelola oleh tim. akun twitter @MaritimNewsCom

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com