Published On: Wed, Mar 15th, 2017

Bukan sebagai Ahli Migas, Penunjukan Elia Massa Manik jadi Dirut Digugat para Pensiunan Pertamina

Ilustrasi

MNOL, Jakarta – Terkait informasi pelantikan Elia Massa Manik menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero) menggantikan Plt Dirut Pertamina Yenni Andayani pada Jumat, 17 Maret 2017 mendatang, praktis membuat terkejut para pensiunan Pertamina. Pasalnya, penunjukan itu telah diberikan waktu perpanjangan sebulan lagi setelah 3 Maret 2017 lalu oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Sumarno.

Elia Massa Manik adalah Dirut PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, yang santer dikabarkan menjadi Dirut Pertamina sejak pertengahan Februari lalu. Elia Manik juga pernah menjabat sebagai Dirut PT Elnusa Tbk dari Juni 2011 hingga Mei 2014 dan merupakan orang dari Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.

Menurut Juru Bicara Persatuan Organisasi Purnakarya Pertamina (POPP) Teddy Syamsuri, Elia sebagai Dirut PTPN III merupakan holding (induk usaha) dari 14 perusahaan perkebunan negara tercatat mampu mengelola jumlah karyawan sekitar 139 ribu orang.

“Dan ketika Elia menjabat Dirut Elnusa, dia berhasil memecat atau merumahkan sebanyak 178 orang, karena kedapatan tidak jujur. Hanya itu yang publik bisa ketahui, prestasi lain tidak diketemukan,” tutur pria yang juga aktif di komunitas Pelaut Senior di Jakarta, (15/3/17).

Sementara itu, Ketua Umum Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) Binsar Effendi Hutabarat yang berkomitmen mengawal Pertamina dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, merasa pilihan Elia Manik menjadi Dirut Pertamina sebenarnya kurang mencerminkan harapan Presiden Joko Widodo.

Dalam suatu kesempatan, Jokowi pernah menyatakan akan menunjuk Dirut Pertamina yang patuh pada konstitusi negara dan tunduk pada kehendak rakyat.

“Janganlah memanfaatkan ucapan Presiden Jokowi yang ingin ada prosesnya lebih terbuka, dengan memasukkan calon dari eksternal. Maksudnya agar ada prinsip keadilan dengan keseimbangan. Sehingga bisa didapatkan pemimpin yang benar-benar tepat, langsung saja para pembantunya memilih ‘kucing dalam karung’ tanpa publik tahu siapa Elia Manik itu yang sesungguhnya,” kata Binsar dengan geram.

Lanjut Binsar yang juga Ketua Dewan Penasehat Mabes Laskar Merah Putih (LMP) ini menanyakan prestasi Elia Massa dalam menjabat Dirut di BUMN sebelumnya, apalagi wawasannya soal migas.

“Apa pengalaman Dwi Sutjipto yang dicomot dari Dirut PT Semen Indonesia oleh Menteri BUMN Rini Sumarno untuk jadi Dirut Pertamina waktu itu, lalu dicopot sesukanya di tengah jalan hanya gara-gara disharmonis dengan Wadirut Pertamina Ahmad Bambang yang juga ikut dieksekusi. Apa masih belum menjadi bukti,” tegasnya.

Pihaknya sangat menyayangkan jika benar bakal dilantiknya Elia Manik jadi Dirut Pertamina. Sebab Elia bukanlah orang yang ahli di bidang migas.

“Elia bukan orang professional di bidang migas. Serta Elia juga miskin akan pengalaman sejarah, keadaan dan karakter BUMN Migas plat merah ini. Maka sangatlah jauh panggang dari api jika dia akan mampu mengelola perusahaan sebesar Pertamina yang sedang menuju menjadi World Class Company,” seloroh Binsar.

Lanjut Binsar lagi, sebenarnya baik eSPeKaPe maupun POPP sudah layangkan beberapa kriteria yang pantas untuk menjadi Dirut Pertamina. Surat POPP tertanggal 28 Februari 2017 lalu sudah dikirimkan kepada Presiden Jokowi, termasuk dikirim juga kepada Wakil Presiden M Jusuf Kalla, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri BUMN Rini Sumarno dan Komisaris Utama Pertamina Tantri Abeng, termasuk Staf Khusus Presiden Sukardi Rinakit.

“Kriteria dari pensiunan Pertamina yang dimaksud agar Pertamina tidak menjadi kuda troya politik terus menerus,” ungkapnya.

Sementara Ketua Umum Organisasi Pejuang Pensiunan Pertamina (OP3) Samuel Parantean mengeluhkan jika sampai terpilih Elia Manik menjadi Dirut Pertamina. “Ini sama artinya sopir bajaj disuruh menerbangkan pesawat udara, pasti nyungsep dan pasti hancur,” ujar Samuel.

Menurut Samuel sikap OP3 sama dengan eSPeKaPe, di mana mereka menyatakan agar Pertamina jangan selalu dijadikan kelinci percobaan dan kuda troya politik lagi.

“Mohon berpikirlah buat kepentingan bangsa dan negara, serta juga buat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mohon berpikirlah dengan matang untuk ibu pertiwi dan merah putih wahai penentu kebijakan,” pungkasnya.

Sikap Pensiunan Pertamina

Dalam kesempatan itu, Teddy Syamsuri memberikan klarifikasi atas protes keras dari para pimpinan pensiunan Pertamina. Sebab mereka terpanggil secara moral sebagai suatu kewajiban dan tanggung jawab selaku mantan karyawan yang telah membesarkan dan memajukan Pertamina dengan kerja kerasnya.

Mereka bukanlah laskar tak berguna, mereka adalah asset potensial di Pertamina untuk Pertamina tetap ada sampai mereka ajal sekalipun.

“Itulah sebabnya di ulang tahun satu dasawarsanya eSPeKaPe pada 2011, dicetuskanlah komitmen kawal Pertamina harga mati,” ujarnya.

Terlebih lagi menurut Teddy yang juga Ketua Umum Lintasan 66, mengungkapkan para pemimpin organisasi pensiunan Pertamina adalah aktivis Angkatan 1966. “Ada yang pernah menjadi Ketua Umum DPP Laskar Arief Rachman Hakim 1966 dan ada yang sampai saat ini menjadi Ketua FKB KAPPI 66,” tambah Teddy.

Ia berharap jiwa dan semangatnya akan tetap konsisten untuk meluruskan jika Pertamina melenceng dari konstitusi negara. “Tentu juga Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan yang tokoh sentral KAPI Angkatan 1966 Bandung tetap berjiwa dan bersemangat yang sama seperti jiwa dan semangatnya Samuel Parantean dan Binsar Effendi Hutabarat,” pungkasnya.

 

(Adit/MN)

 

 

About the Author

- Akun ini merupakan akun milik tim redaksi MaritimNews.com dan dikelola oleh tim. akun twitter @MaritimNewsCom

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com