Published On: Sat, Nov 12th, 2016

Gandeng KH Fahmi Basya, Letkol Laut (P) Salim Deklarasikan Kebangkitan Negeri Saba dan Poros Maritim Dunia

Letkol Laut (P) Salim (kiri) bersama KH Fahmi Basya (kanan)

Letkol Laut (P) Salim (kiri) bersama KH Fahmi Basya (kanan)

MNOL, Yogyakarta – Ahli Matematika Islam sekaligus Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hadayatullah serta penulis buku Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman, KH Fahmi Basya baru-baru ini bersama Letkol Laut (P) Salim mendeklarasikan Kebangkitan Negeri Saba dan Poros Maritim Dunia di Yogyakarta dan Solo.

Kegiatan yang diawali dengan pemberian ceramah dari KH Fahmi Basya tentang Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman itu dilanjutkan dengan diskusi soal pemahanam membangun poros maritim dunia oleh Letkol Laut (P) Salim.

Dalam uraiannya, KH Fahmi Basya menekankan soal Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman harus dimengerti  oleh setiap anak bangsa ini. Hal tersebut yang membuktikan bahwa Nusantara merupakan Negeri Saba, Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur.

“Saya akan berjuang lebih keras lagi untuk menyebarkan dan menggaungkan sebuah karya penemuan ini, Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman kepada seluruh rakyat Indonesia,” tegas Basya.

Sementara itu Letkol Laut (P) Salim menambahkan soal data tentang Nusantara. Menurutnya, Nusantara bukan hanya peninggalan Nabi Sulaiman saja, melainkan juga peninggalan Nabi Nuh.

“Kata Nusantara itu berasal dari Nuh dan Santara. Nuh itu Nabi Nuh dan Santara yang berarti towong atau lowong atau kosong menurut kamus Padmasusastra 1903 halaman 11. Berbagai literatur menyebutkan bahwa kayu jati yang dugunakan sebagai bahan dasar bangunan Bahtera Nuh berasal dari Jawa. Kayu jati itu juga banyak mengandung belerang,” terang Salim dalam acara tersebut.

Lulusan AAL tahun 1995 itu kini sedang merampungkan buku kelimanya dengan judul “Indonesia Poros Maritim Dunia Pewaris Negeri Nuh”.

Penulis buku Kodrat Maritim Nusantara itu selanjutnya juga mengemukakan bahwa di Jawa Timur tepatnya di Trawas terdapat Gunung Welirang dan Penanggungan yang letaknya mirip dengan Bukit Judi Irarat. Karena Tuhan menciptakan bumi itu berganda sesuai dengan ayat Al-Quran.

“Hal ini pun juga pernah disampaikan oleh Presiden Gus Dur bahwa Kapal Nabi Nuh berasal dari Trawas,” ungkapnya.

Lanjut dia, jika hipotesa Prof Arysio Santos memang benar yang diteruskan oleh tim Atlantis Nusantara dalam bukunya Waryani Fajar Riyanto, serta peneliti KH Fahmi Basya tentang Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman, tugas kita adalah bagaimana Indonesia harus bangkit kembali.

Saat ini negeri yang dirahmati Tuhan itu tengah mengalami keterpurukan oleh krisis multidimensi yang berkepanjangan. Bencana demi bencana terus datang silih berganti yang memberi peringatan pada kita, bahwa ada suatu kesalahan terhadap sistem dan tata kelolanya.

“Kita harus bangkit! Kesadaran kita tinggal peradaban yang tinggi, bangkit sebagai bangsa bahari yang besar yang tinggal di kodratnya sebagai negeri bahari yang pernah jaya, bangkit ilmu penghetahuan dan teknologinya untuk mengubah jalannya sejarah Lemuria yang selama ini sudah salah arah,” bebernya.

Tidak ketinggalan, dalam pemaparannya itu, Pamen TNI AL yang sudah mengunjungi banyak negara itu menekankan perlunya kembali kepada Pancasila dan UUD 1945 asli sebagai jatidiri NKRI.

Karena berdasarkan sejarah di era Bung Karno, transformasi menuju negara maritim yang diawali dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 yang dilanjutkan oleh Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Menurut Salim, momentum itu merupakan kunci pembuka atau jembatan antara peradaban kejayaan Nusantara dahulu dengan kehidupan saat ini.

“Kejayaan masa lalu akan peradaban yang tinggi tidak hanya untuk dikenang, atau hanya untuk dibangga-banggakan tetapi merupakan suatu energi penggerak, di mana tugas kita memikul tanggung jawab demi kejayaan Indonesia dan keberlanjutan peradaban,” tandas Salim.

Hal itu, sambungnya, pernah ditakdirkan di lintasan Sabuk Zamrud Nusantara. Di mana fungsi lintasan itu tidak untuk bangsa ini saja akan tetapi untuk kelanjutan seluruh spesies yang hidup di seluruh alam semesta. Dengan kata lain, negeri ini merupakan pusat keseimbangan dunia.

Kegiatan ini dilaksanakan juga dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-44 pada 28 Oktober 2016 lalu, bertepatan dengan ulang tahun bangsa Indonesia ke-88 (momentum Sumpah Pemuda).

“Kita akan terus mengusung poros atau sumbu peradaban maritim Indonesia yang diawali dengan cikal bakal sumbu peradaban bahari yang dimulai dari kodrat awal penciptaan negeri Nuh-Santara ini,” pungkasnya.

Kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih 500 santri dari Yogyakarta dan Solo, ditambah para akademisi, mahasiswa, dan tokoh-tokoh pergerakan dari provinsi yang dahulu pernah menjadi Ibukota NKRI tersebut. (Tan/MN)

About the Author

- Akun ini merupakan akun milik tim redaksi MaritimNews.com dan dikelola oleh tim. akun twitter @MaritimNewsCom

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com