Melalui Siaran Radio JJM, APMI Sampaikan Semangat Maritim untuk Kawula Muda
Ahmad Pratomo (kiri) dan Adityo Nugroho (kanan) dalam siaran dialog maritim di Radio JJM, (23/3)
MNOL, Jakarta – Assosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI) siang tadi memenuhi undangan Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Dispenal) untuk menyampaikan semangat maritim pada generasi muda melalui siaran on air Radio Jalesveva Jaya Maha (JJM) 107.7 FM 1170 AM di Mabes TNI AL, Cilangkap, (23/3).
Dalam siaran on air tersebut, APMI yang diwakili oleh Ketua Bidang Budaya dan Sejarah, Ahmad Pratomo dan anggota bidang geopolitik, Adityo Nugroho menjelaskan terlebih dahulu soal latar belakang berdirinya organisasi.
Ahmad Pratomo biasa disapa Tomi menerangkan bahwa berdirinya APMI pada tahun 2013 diawali dengan kepedulian anak-anak muda terhadap masalah kemaritiman bangsa saat itu. Pendirian itu digagas oleh mahasiswa-mahasiswa dari Universitas Diponegoro, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Padjajaran.
“Kami mendirikan APMI sebelum Pak Jokowi menjadi Presiden bahkan menjadi calon presiden. Jadi bukan karena eforia pemerintahan Jokowi dengan visi poros maritimnya APMI berdiri, tetapi sebelum itu kami sudah punya niat untuk membangun Indonesia sebagai negara maritim yang besar,” kata Tomi.
Selanjutnya, lulusan S2 Sejarah UI ini menyatakan pentingnya pembangunan karakter maritim bagi para pemuda karena merupakan tulang punggung berdirinya negara maritim. Mengutip pernyataan AT Mahan, ‘siapa yang menguasai lautan akan menguasai dunia’, menurutnya hal itu hanya bisa diperoleh hanya melalui penanaman karakter maritim sejak usia dini.
Dalam kesempatan itu, Tomi juga menyampaikan program APMI tahun 2017 ini, di antaranya menggelar perhelatan Indonesia Maritime Youth Week (IMYW) 2017 di Jawa Tengah dan Maritime Learning Center (MLC) di beberapa kampus.
“IMYW ini termasuk dalam rangka peringatan Hari Nelayan yang jatuh pada 6 April. Kami juga akan mengusung program 1 juta kader se-Indonesia untuk menopang visi Poros Maritim Dunia,” tambahnya.
Tidak lupa, website www.APMI.co.id juga diperkenalkan oleh Tomi. Terutama bagi yang ingin mendaftar APMI dan ingin tahu lebih jauh soal organisasi yang diketuai oleh Renaldi Bahri Tambunan tersebut bisa melihat dalam website tersebut.
“Pendaftaran anggota juga bisa mendaftar langsung di Sekretariat APMI di daerah Kreo, Tangerang atau melalui kepengurusan cabang yang sudah tersebar di 17 Provinsi,” pungkasnya.
Sementara itu, Adityo Nugroho yang juga menjadi redaktur di portal berita www.maritimnews.com lebih menjelaskan soal jurnalisme maritim yang sangat berperan dalam pembangunan maritim Indonesia khususnya bagi pemuda.
“Dengan menulis soal maritim, para pemuda bisa menambah kecintaannya terhadap maritim, sekaligus akan menjadi khazanah bagi perjalanan membangun Poros Maritim Dunia,” ujar Adit.
Penulisan maritim dalam lima pilar pembangunan maritim Indonesia melekat dengan aspek budaya maritim. Hal itu mengingat budaya maritim merupakan pilar utama dalam proses tersebut dan menjadi fondasi bagi berdirinya negara maritim Indonesia.
“Kalau Geofrey Till menyebutkan membangun budaya maritim bisa memakan waktu hingga 300 tahun, tetapi jika kita berkomitmen dari sekarang sebelum 300 tahun bahkan hanya butuh waktu 10-20 tahun pun sudah bisa,” jelasnya dengan optimis.
Di akhir penjelasannya, Adit dan Tomi berpesan kepada generasi muda untuk ‘Jas Merah, Jangan Sekali-kali melupakan sejarah’, sesuai amanat Bung Karno dalam pidatonya pada 1951 dan 1966. Karena hal itu sangat relevan dalam membangun budaya maritim bangsa Indonesia yang tak lepas dari perjalanan sejarah bangsanya baik sebagai pijakan filosofi maupun dalam kebijakan pemerintahnya.
Dialog maritim yang dipandu oleh Kapten Laut (KH/W) Dewi Risnowati dan Rindu Leonsino itu berjalan cukup interaktif. Para pendengar pun banyak yang bergabung melalui beberapa pertanyaan kepada narasumber yang disampaikan via telepon dan SMS/WA.
(Ardi/MN)
