IYMBDS Pertemukan Pemimpin Muda di Ancol
MN, Jakarta – Indonesian Youth Marine Debris Summit (IYMDS) diselenggarakan pada tanggal 24-29 Oktober di Putri Duyung Cottage, Ancol. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertemukan pemimpin generasi muda dari berbagai penjuru negeri demi mendiskusikan dan menciptakan aksi terkait marine debris atau sampah laut yang menjadi masalah penting dan sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini.
Pada hari pertama (24/10), peserta dan mentor IYMDS dari 34 provinsi se-Indonesia tiba di Jakarta. Sebelum acara dimulai, IYMDS melangsungkan press conference yang dihadiri oleh beberapa narasumber, yaitu Dr. Ir. R. Sudirman (Direktur Pengelolaan Sampah Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia), Ricky Soerapoetra (Masyarakat Selam Indonesia), Swietenia Puspa Lestari (Founder Divers Clean Action), dan Gene Adhiyasa (Project Officer Indonesian Youth Marine Debris Summit).
Dr. Ir. R. Sudirman mengatakan bahwa pada saat ini, mulai dari masyarakat hingga pemerintahan telah menyadari mengenai penanganan masalah sampah laut.
“Saya sangat senang dan bersyukur karena sekarang sampah menjadi perhatian banyak pihak. Saya selaku yang bertanggung jawab terhadap pengolahan sampah secara nasional saat ini memiliki banyak kawan baik itu di pihak kementerian, di kelompok-kelompok masyarakat, maupun sekarang yang teman-teman sebut Indonesian Youth Marine Debris Summit,” ujarnya.
Upacara pembukaan merupakan rangkaian pertama yang dilakukan oleh para peserta pada saat menginjakkan kaki di Jakarta. Upacara tersebut dihadiri oleh M. Bijaksana Junerosano (Bergerak Indonesia #BebasSampah2020), Ricky Soerapoetra (Masyarakat Selam Indonesia), Musyarafah Machmud (Gerakan Budaya Bersih dan Senyum Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman), Drs. M.R. Karliansyah, M.S. (Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), serta Agus Dermawan (Sesditjen Pengelolaan Ruang dan Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan).
Rangkaian acara selanjutnya diikuti oleh diskusi ringan terkait “Belajar Menulis” bersama Greeners.co dan bermain environmental board game bersama Ecofunopoly hingga penutupan acara IYMDS di hari pertama.
Hari kedua (25/10) IYMDS diisi dengan berbagai kegiatan workshop. Setelah peserta menikmati sarapan pagi, hari kedua dimulai dengan sambutan dari Ir. R. Sudirman, MM. (Direktur Pengelolaan Sampah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) serta keynote speech dari Diaz Hendropriyono (Staf Khusus Presiden RI).
Dalam sambutan workshop hari kedua ini, Diaz Hendropriyono selaku Staf Khusus Presiden menyampaikan bahwa sampah adalah salah satu penghambat perkembangan bangsa Indonesia. Ia mengatakan bahwa, “Sampah ini mau tidak mau harus diakui menghambat kompetensi kapasitas Bangsa Indonesia di era kompetisi di dunia yang sering berubah ini.”.
Pada hari kedua ini, keseluruhan kegiatan dibagi ke dalam dua jenis sesi: pleno dan paralel. Sesi pleno dihadiri oleh seluruh peserta sementara sesi paralel membagi para peserta ke dalam tiga kelas secara acak.
Sesi pleno pertama menampilkan dr. Amaranila Lalita Drijono, Sp.KK dengan topik Jakarta Bersih Nyok: Keterputusan Kesadaran antara Polusi di Laut dan Kesehatan Manusia, Fajri Fadhilah dari ICEL (Indonesian Center of Environmental Law) membahas “Peraturan Dasar Mengenai Sampah Laut Sebagai Alat Advokasi Aktivis serta Mohammad Bijaksana Junerosano yang berbicara mengenai Solusi Menyeluruh dalam Memerangi Sampah Laut”.
Selanjutnya, para peserta mengikuti Sesi Paralel dengan tema Peran Akademisi dalam Mempelajari Sampah Laut dalam Upaya Memberikan Dampak Solusi yang Lebih Luas. Pengisi topik sesi ini berasal dari berbagai lembaga antara lain Unpad (Noir Primadona Purba, M.Si.), ITB (Ir. Ivonne Milichristi Radjawane, M.Si., Ph.D.), Unud (I Gede Hendrawan, S.Si., M.Si., Ph.D.), IPB (Beginer Subhan, S.Pi, M.Si.) dan LIPI (M. Reza Cordova).
Setelah beristirahat dan makan siang, peserta kembali mengikuti sesi pleno kedua bersama kitabisa.com dengan topik “Alternatif dalam Pembiayaan Proyek Sosial”. Acara langsung dilanjutkan dengan sesi paralel selanjutnya dengan tema “Bagaimana Cara Membuat Proyek Berbasis Konservasi Lingkungan?” bersama WWF (Prinsip Dasar Proyek Konservasi Lingkungan), Sahabat Pulau (Bagaimana Mengajak Komunitas untuk Bergabung dalam Proyekmu), dan APMI (Peran Pemuda di Lingkungan Pesisir dan Pulau Kecil untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan).
Sesi terakhir yang diikuti oleh para peserta adalah sesi paralel dengan tema Solusi Alternatif dalam Mengurangi Sampah Laut bersama AZWI (Aliansi Zero Waste Indonesia), Inovasi Model Bisnis oleh Diena Tjiptadi & Evoware serta Avani Eco. Kegiatan ditutup dengan makan malam bersama serta diskusi kelompok untuk membicarakan rencana aksi setiap kelompok.
Hari ketiga (26/10) IYMDS dimulai dengan sarapan pagi bersama vloggers di KFC Ancol. Para peserta menyantap sarapan dengan mendengarkan sharing pengalaman vlogging atau social media influencing di berbagai acara. Sharing berlangsung selama 1 jam yang juga disertai dengan pembukaan pengenalan program KFC #NoStrawMovement oleh Pak Hendra Yuniarto dari KFC Indonesia.
Setelah sharing selesai, seluruh peserta berangkat ke Pulau Pramuka untuk melakukan beach dan ocean cleanup. Seluruh peserta berjalan menyusuri garis pantai utara Pulau Pramuka hingga bank sampah untuk memungut sampah yang terdampar di pantai Pulau Pramuka.
Setelah memungut sampah, peserta memilah sampah menggunakan metode pemilahan sampah Divers Clean Action (DCA) yang kemudian menimbang setiap jenis sampah yang ditemukan. Sampah plastik merupakan jenis sampah terbesar yang ditemukan, yaitu sebesar 70% dari total sampah yang dikumpulkan di pantai sebesar 163,2 kg.
Sampah plastik yang ditemukan di pantai menurut berat kering terbesar hingga terkecil berturut-turut yaitu plastik PET, plastik kemasan, plastik kresek hitam, plastik bening tebal, plastik minuman gelas, plastik sedotan, dan plastik tutup botol (HDPE). Sampah terbanyak yang ditemukan di laut yaitu tetap sampah plastik sebesar 49%, kemudian diikuti sampahlogam/kaleng sebesar 15,4% dan kaca sebesar 11.8% dari total sampah yang ditemukan di laut sebesar 9,5 kg.
Para peserta kemudian mengikuti sesi sharing bersama PUWSI (Persatuan Usaha Wisata Selam Indonesia) dan Nyelam App mengenai kegiatan atau program yang dilaksanakan sebagai kontribusinya memerangi sampah laut. Secara keseluruhan, para peserta telah diberi bekal untuk memulai project di wilayahnya masing-masing dari segi manajemen proyek, pendanaan, publikasi dan komunikasi, teknis persampahan, dan inovasi ide kegiatan.