Peringati Harnus 2022, KNTI Gelar Program ‘Nelayan Mendinginkan Planet’
Jakarta (Maritimnews) – Dalam rangka memperingati Hari Nusantara 13 Desember 2022, Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) melaksanakan kegiatan penanaman mangrove serentak di 37 Kabupaten/kota yang bertemakan “Nelayan Mendinginkan Planet.”
Ketua Umum KNTI Dani Setiawan mengatakan kegiatan ini merupakan wujud komitmen nelayan kecil dan tradisional di Indonesia kepada bangsa dan dunia untuk menyelamatkan ekosistem pesisir dan mengurangi dampak perubahan iklim. Sebagaimana diketahui, perubahan iklim telah berdampak sangat besar bagi nelayan kecil, termasuk perempuan. Di antaranya berupa cuaca ekstrem dan ancaman banjir.
“Perubahan iklim menyebabkan bumi semakin panas, dampaknya sangat nyata bagi nelayan kecil dan tradisional Indonesia. Cuaca ekstrem semakin tidak menentu, hasil tangkapan semakin berkurang dan ancaman banjir rob yang menggenangi pemukiman nelayan. Kami harus melakukan sesuatu untuk mendinginkan planet bumi ini,” jelas Dani.
Menurut Dani, menurunnya kualitas kesehatan ekosistem laut dan pesisir sangat merugikan nelayan kecil dan tradisional, baik secara ekonomi maupun sosial.
“Karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah segera yang dimulai dari komunitas nelayan, perempuan, dan pemuda pesisir untuk menyelamatkan lingkungan laut dan pesisir. Salah satunya melakukan pemulihan/rehabilitasi mangrove atau tanaman bakau,“ ujarnya.
Dalam pelaksanaanya, KNTI berkolaborasi dengan sejumlah pihak di antaranya BPDAS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Daerah, Organisasi Masyarakat Sipil, dan pihak lainnya bersama-sama membuat aksi nyata untuk perubahan iklim yang berdampak bagi nelayan kecil dan tradisional Indonesia. KNTI berharap langkah awal ini dapat terus dilanjutkan secara masif di seluruh wilayah pesisir di Indonesia.
Sekitar 2,22 juta orang nelayan kecil dan tradisional Indonesia berperan penting dalam pemenuhan pangan dan gizi yang penting bagi masyarakat. Secara ekonomi, kontribusinya juga sangat besar terhadap pemenuhan kesejahteraan rumah tangga nelayan dan mendukung pembangunan ekonomi nasional. Perlu dilakukan langkah-langkah segera dari komunitas nelayan, perempuan, dan pemuda pesisir untuk menyelamatkan lingkungan laut dan pesisir. Salah satunya melakukan pemulihan/rehabilitasi mangrove atau tanaman bakau.
Indonesia sendiri merupakan negara pemilik hutan mangrove yang terluas di dunia yaitu 3,3 juta hektare. Meski demikian, setiap tahun Indonesia kehilangan tutupan lahan hutan bakau atau mangrove seluas kota New York, Amerika Serikat. Dalam 30 tahun, Indonesia telah kehilangan 900 ribu hektare mangrove yang semula seluar 4,2 juta hektare menjadi 3,3 juta hektar. Kondisi ini dapat semakin parah, jika tidak segera dilakukan penanganan dari seluruh pihak. Kerusakan tersebut juga banyak dikontribusikan oleh aktivitas-aktivitas non perikanan yang merusak lingkungan.
Terakhir, KNTI mengajak semua kalangan, pemerintah maupun masyarakat menjaga lingkungan pesisir dan laut yang sehat, termasuk melestarikan kawasan mangrove agar dapat terus memberikan manfaat sosial maupun ekonomi bagi kesejahteraan nelayan dan keberlanjutan kehidupan di masa depan. (*)