Pemaparan dari Ketua Bidang Perkembangan Politik Internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Riefqi Muna Phd  dalam diskusi IKAHAN di hotel JW Marriot, (2/3/16). (Foto: Hendry/MN)

 

Maritimnews, Jakarta –  Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia Australia (IKAHAN) menggelar Acara bertajuk ‘IORA dan kerja Sama Keamanan Maritim Indonesia Australia dalam Perspektif Poros Maritim Dunia’ di hotel JW Marriot, Kuningan, Jakarta (2/3/16). Bertindak sebagai pembicara tunggal dalam acara itu ialah Peneliti Bidang Perkembangan Politik Internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Riefqi Muna Phd yang mengurai jauh mengenai hubungan Indonesia-Australia dalam memandang Samudera Hindia.

Menurut Riefqi, kajian mengenai Indian Ocean Rim Association (IORA) masih terbilang langka di Indonesia. Padahal kepentingan negara-negara maju di Samudera Hindia lebih tinggi dibanding daerah-daerah lainnya.

“India Ocean merupakan daerah strategis yang menempati 20 persen wilayah dunia dan kaya akan sumber daya alam serta jalur perdagangan internasional sejak dulu kala,” ungkap Riefqi mengawali pemaparannya.

Sehingga IORA menjadi forum yang strategis di mana di dalamnya terlibat juga antara Indonesia dengan Australia. Sebanyak 20 negara tergabung dalam forum ini ditambah 6 negara mitra dialog yakni, Tiongkok, Mesir, Prancis, Jepang, Amerika Serikat dan Inggris.

“Dalam menyongsong poros maritim dunia, peranan Indonesia di Samudera Hindia harus meningkat karena sebenarnya yang menjadi hotspot dunia saat ini ialah Samudera Hindia bukan Laut China Selatan,” ujarnya.

Namun, selama ini Indonesia tidak banyak memanfaatkan peluang itu karena sisa-sisa peninggalan kolonial masih ada. Trend outward looking di kawasan Samudera Hindia kalah dibandingkan dengan di Selat Malaka dan Laut China Selatan.

“Berhubung saya orang Jawa, jadi anggapan orang Jawa di pesisir selatan Jawa itu ada Nyi Roro Kidul, sehingga dari dulu akhirnya pemerintah lebih fokus di utara Jawa,” selorohnya.

Pria yang meraih gelar doctor-nya di New South Wales University itu melanjutkan saat ini negara-negara besar tengah berlomba-lomba untuk mengeksplorasi Samudera Hindia. Karena hubungan Indonesia-Australia tiap tahun semakin membaik, sehingga melalui forum IKAHAN ini menjadi mediasi yang efektif bagi kerja sama keamanan bagi kedua negara khususnya dalam menciptakan keamanan di Samudera Hindia.

“Indonesia dan Australia harus memaksimalkan IORA Concord terlepas hubungan kedua negara secara politik berbeda.Indonesia dikenal sebagai negara non blok sementara Australia merupakan negara yang tergabung dalam blok barat, namun kepentingan di Samudera Hindia membutuhkan peranan lebih bagi keduanya,” tambahnya.

Riefqi berharap dengan visi presiden poros maritim dunia, maka Indonesia mampu menggandeng Australia untuk menciptakan peran keamanan maritim yang mengarah pada penguatan diplomasi maritim dan penelitian sumber daya alam guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

Permasalahan keamanan Samudera Hindia satu dekade terakhir lebih difokuskan pada permasalahan perompak Somalia dan akhir-akhir ini menjadi sorotan publik terkait dugaan hilangnya pesawat Malaysia MH370.

IORA adalah forum regional, bersifat tripartit, menghimpun perwakilan dari negara, bisnis, dan akademia, untuk mempromosikan kerja sama dan interaksi erat di antara mereka. Organisasi ini berdasarkan pada prinsip regionalisme terbuka untuk memperkuat kerja sama ekonomi, khususnya memfasilitasi investasi, promosi, dan pembangunan sosial di kawasan. Markas sekretariat IORA terletak di Ebene, Mauritius.

Acara tersebut domderatori oleh Kolonel Laut (KH) Kresno Buntoro dan dihadiri beberapa pejabat tinggi TNI antara lain Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Mar Faridz Washington dan Danseskoal Laksda TNI Herry Setianegara. Selain itu hadir beberapa Perwira Menengah dari TNI AD, TNI AL dan TNI AU yang menjadi anggota IKAHAN serta perwakilan dari Australia salah satunya Athan Australia untuk RI. (TAN)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *