
MNOL, Jakarta – Penyelenggaraan Indonesian Maritime Youth Festival kembali menghadirkan model pendidikan maritim untuk mendongkrak keinginan pemuda dalam menciptakan karya dalam bidang maritim.
Peserta melalui masa karantinanya pada 25 April – 2 Mei 2017 di atas kapal perang Indonesia, KRI Tanjung Nusanive-973 yang bersandar di Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta.
Gerakan Pemuda Maritim Indonesia (GPMI) yang menjadi penyelenggara dari perhelatan tersebut, menyatakan bahwa aktivitas yang dilakukan di KRI oleh para peserta untuk mendapatkan pendidikan dan memperkaya informasi soal kedisiplinan dan wawasan tentang kemaritiman Indonesia.
“Materi yang diberikan merupakan materi manivestasi yang sifatnya sangat strategis bagi Indonesia seperti pengetahuan mengenai Geostrategis, Geopolitik, dan Geoekonomi Maritim Indonesia,” kata Sekjen GPMI, Muhammad Nasir melalui siaran persnya yang diterima redaksi di Jakarta, (29/4).
Beberapa materi tersebut di atas disampaikan oleh Dr Lily Tjahyandari, Nina Nurlina Pramono (Dewan Pembina GPMI) dan Muhtadi (Pimpinan pejabat BIG) serta Jimmy Basuki dari Forum maritime Society.
Selanjutnya pada sisi kedaulatan negara, materi Maritime Security disampaikan oleh Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan Universitas Pertahanan, Laksda Dr Amarullah Octavian di Lounge Room perwira KRI Tanjung Nusanive-973, Sabtu, (29/4).
Kemudian beberapa materi lainnya akan disampaikan oleh Prof Rokhmin Dahuri, Dr Riza Damanik, dan Ismail Zulkarnaen, M.Sc. Rencananya mereka akan manyampaikan materinya untuk berbagi ilmu, pengalaman, pengetahuan serta pemahaman mengenai hal-hal yang lebih strategis dalam mengawal dan menyusun kerangka pembangunan maritim di Indonesia.
“Materi yang disampaikan di KRI itu untuk memberikan suasana dan situasi yang lekat akan kedisiplinan, tata laku, sikap, etika dan berbagai dinamika yang terjadi yang ada di atas kapal perang Indonesia,” tambah Nasir.
Dalam rangkaian kegiatan tersebut, sebelumnya juga dilakukan fieldtrip dan kunjungan ke berbagai instansi maritim. Di antaranya seperti ke Museum Bahari di Jakarta Utara, Pusat Informasi Illegal Fishing di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta Dinas Penerangan TNI AL (Dispenal) di Mabesal, Cilangkap.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari berbagai instansi maritim salah satunya dari pihak TNI AL. Mereka berharap kegiatan ini dapat menjadi model pendidikan untuk percepatan cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim.
Pesan yang diperoleh dari berbagai kunjungan tersebut adalah bangsa ini harus menjadikan samudera sebagai sandaran dan menjadikannya sebagai sumber kehidupan yang mampu memberi jaminan kesejahteraan bagi rakyatnya.
“Melalui penyiapan sumber daya manusia yang secara sadar dan memiliki kemauan serta ketulusan hati untuk membangun tanpa pernah menyerah hingga cita-cita dapat terwujud, kemudian paham dan mampu secara konsisten dan terus-menerus,” pungkas Nasir.
(Adit/MN)






