Ini Upaya Lanal Ranai dalam Mengurangi Dampak Konflik LCS
Lanal Ranai di Kepulauan Natuna, perannya menjadi vital mengingat memanasnya konflik LCS
Lanal Ranai di Kepulauan Natuna, perannya menjadi vital mengingat memanasnya konflik LCS

MNOL, Jakarta – Memanasnya eskalasi konflik di Laut China Selatan (LCS) berawal dari klaim sepihak Tiongkok atas Kepulauan Spratly dan Paracel berdasarkan Nine Dashed Line yang bersumber pada peta Tiongkok lama. Tentunya hal itu membawa pengaruh yang luar biasa bagi masyarakat Natuna karena letaknya yang berdekatan langsung dengan daerah konflik. Kendati Indonesia tidak terlibat dalam konflik tersebut, namun pengaruh ketegangan itu membawa dampak baik secara ekonomi maupun politik bagi masyarakat Ranai, Natuna, Kepri.

Sebagaimana diungkapkan oleh Komandan Lanal Ranai Kolonel Laut (P) Arif Badrudin saat dihubungi beberapa waktu lalu yang menyatakan spilover (dampak ikutan-red) bagi masyarakat Natuna di antaranya sulitnya pasokan bahan pangan akibat blokade laut yang kemungkinan dilakukan oleh pihak bertikai dan sulitnya para nelayan untuk mencari tangkapan ikan di laut.

Selanjutnya lulusan AAL tahun 1994 itu menambahkan, dampak yang dirasakan masyarakat Natuna secara ekonomi ialah terganggunya pendapatan masyarakat dalam penjualan ikan budidaya kepada kapal Hongkong yang selama ini menjadi sumber penghasilan utama. Disinyalir akibat hilir mudik kapal-kapal perang di Perairan LCS, membuat jumlah kapal Hongkong yang mengangkut ikan dari Natuna berkurang.

Praktis, fenomena tersebut menimbulkan tingginya angka kriminalitas serta gejolak sosial lainnya. Lanal Ranai yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) langsung mengambil langkah-langkah tepat guna untuk meminimalisir dampak yang lebih luas mencakup seluruh aspek kehidupan.

“Saat ini saya melaksanakan beberapa program untuk mendukung program ketahanan pangan. Fokus ini dibutuhkan untuk menyiapkan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pangannya sendiri agar dapat terhindar dari krisis pangan,” ujar Arif.

Sambungnya, kegiatan tersebut diwujudkan dalam bentuk pembudidayaan rumput laut, pemanfaatan lahan tidur untuk ditanami berbagai produk palawija dan padi, pembudidayaan ikan, dan penyediaan pupuk beserta pestisida untuk meningkatkan produksi pangan.

Fungsi ekonomi dan sosial merupakan bentuk Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang dilakukan oleh Lanal Ranai sebagaimana instruksi Panglima TNI dalam mewujudkan ketahanan pangan. Fungsi ini mendapat sambutan yang positif dari masyarakat Ranai. Tentunya hal itu juga diikuti dengan fungsi pembinaan kepada masyarakat, seperti penanaman karakter kebangsaan dan bahari bagi pemuda.

Lebih lanjut, mantan Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 itu juga mengurai bahwa sejatinya fungsi Pangkalan TNI AL adalah untuk menyiapkan RAK (Ruang Alat Kondisi) yang dapat digunakan oleh unsur operasional pertahanan berupa kapal, pesawat udara dan pasukan Marinir.

“Fungsi Lanal Ranai ini berarti bahwa pangkalan berkewajiban untuk melakukan berbagai kegiatan yang mendorong terpeliharanya lingkungan pertahanan yang ideal terkait ruang, tersedianya fasilitas pendukung bagi unsur operasional dan pengawaknya serta hubungan harmonis dengan pemerintah dan masyarakat sebagai kondisi yang diharapkan,” terangnya.

Perwira Menengah (Pamen) TNI AL berpangkat Melati Tiga itu selanjutnya mengulas kaitan fungsi tersebut dengan program Minimum Essensial Force (MEF) yang dicanangkan oleh pemerintah yang terbagi dalam 3 tahap (Renstra) kurun waktu 2010-2024.

“Di dalam program ini banyak dilakukan pengadaan berbagai kesenjataan dan fasilitas pendukung lainnya. Nah, tugas Lanal di pangkalan adalah memutakhirkan semua data yang dapat digunakan untuk mendukung program pengadaan Alutsista maupun pembangunan fasilitas pertahanan yang direncanakan,” paparnya.

Mengenai kendala yang dihadapi, pria yang memiliki perawakan murah senyum itu menuturkan bahwa Lanal Ranai memiliki wilayah tanggung jawab yang sangat luas. Wilayah territorial tugasnya yang mencakup mulai dari Pulau Laut hingga ke Pulau Serasan memerlukan daya dukung infrastruktur yang mumpuni.

“Luasnya daerah tanggung jawab ini membutuhkan pengawasan yang tidak mudah dan perlu integrasi dengan instansi kemaritiman lainnya yang sama-sama memiliki kemampuan sensor maupun alat apung agar bisa sinergis,” pungkasnya.

Diharapkan dalam fenomena itu, kondisi Lanal Ranai semakin baik mengingat tugasnya yang berada di pintu gerbang NKRI dan dekat dengan jantung konflik LCS. Dalam membangun poros maritim dunia, daerah ini memiliki potensi untuk menjadi daerah penyangga terbangunnya visi tersebut. (TAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *