Letjen TNI Mar (Purn) Suharto: Pancasila Bersumber dari Lafadz ‘Bismillahirrahmaanirrahiim’

 

Letjen TNI Mar (Purn) Suharto (tengah
Letjen TNI Mar (Purn) Suharto (tengah

Maritimnews, Jakarta – Mantan Dankormar Letjen TNI Mar (Purn) Suharto dalam sebuah diskusi publik di Jakarta beberapa waktu lalu menyatakan bahwa Pancasila itu merupakan falsafah bangsa yang diinspirasi dari lafadz ‘Bismillahirrahmaanirrahiim’, yang artinya ‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’.

“Bagi saya Pancasila itu berasal dari lafadz ‘Bismillahirrahmaanirrahiim’. Kalau kita bedah lagi arti Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang maka penjabarannya ada dalam sila-sila Pancasila,” ujar Suharto.

Menurutnya, seseorang yang memahami Ketuhanan Yang Maha Esa mengerti akan hakekat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Selanjutnya Kemanusiaan yang adil dan beradab itu jelas membuktikan bahwa dengan essensi Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, manusia akan mengimplemantasikan sila kedua itu dalam kehidupan sehari-harinya.

“Bicara persatuan, ya itu sudah pastinya penuh dengan essensi Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kalau tidak begitu tidak mungkin manusia bisa bersatu,” tambahnya.

Kemudian di sila berikutnya, yakni sila keempat, Suharto mengurai bagaimana lafadz ‘Bismillahirrahmaanirrahiim’ itu menginspirasi sila yang berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan itu.

“Ciri orang-orang yang memahami Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang itu dia menjalankan musyawarah mufakat dalam kehidupannya,” tegasnya.

Baru kemudian sila kelima yang merupakan akumulasi dari sila pertama hingga keempat juga tidak bisa dilepaskan dari lafadz ‘Bismillahirrahmaanirrahiim’. Karena ulasnya, tanpa essensi Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidak mungkin keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terwujud.

Lebih lanjut, lulusan AAL tahun 1969 itu menuturkan bahwa Pancasila merupakan kedahsyatan produk musyawarah yang dilakukan oleh founding fathers dalam sidang BPUPKI dan PPKI pada tahun 1945. Menurutnya hal itu merupakan bukti bahwa Islam adalah sebagai Rahmataan lil Alamiin, Rahmatan untuk alam semesta terutama bagi bangsa Indonesia.

Namun, geramnya, pasca Reformasi 1998 Pancasila telah banyak dilupakan bahkan dinodai oleh anak bangsa sendiri. Terlebih saat diamandemennya UUD 1945 sebanyak empat kali sehingga tidak dapat disebut lagi sebagai Konstitusi 45.

“Setelah Reformasi marak ideologi-ideologi luar masuk, seperti neoliberal, komunis, bahkan paham radikal agama juga sudah masuk kembali ke Indonesia,” papar Dewan Penasehat Kohormatan  Pusat Assosiasi IUMKM Indonesia Akumandiri itu.

Apa yang diungkapkannya berbeda 180 derajat dengan yang dikemukakan oleh pimpinan Ormas Front Pemebela Islam (FPI) Habib Rizieq dalam sebuah ceramahnya yang menuding Pancasila versi Bung Karno sama saja di pantat. Hal itu jelas merobek makna Islam sebagai Rahmataan lil Alamiin sebagaimana diungkapkan oleh Letjen TNI Mar (Purn) Suharto.

Padahal sejarah sudah mencatat bunyi Pancasila yang saat ini ialah hasil kemufakatan para pemuka-pemuka bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya tokoh-tokoh Islam seperti KH Agus Salim, KH Wahid Hasyim, KH Mas Mansyur, Ki Bagus Hadikusumo dan lain-lain. Bahkan yang mendesak dirubahnya Sila Pertama Pancasila dalam Piagam Jakarta itu justru para ulama (yang namanya telah disebutkan) sendiri sebagai bukti betapa mengertinya mereka dengan substansi Rahmataan lil Alamiin dan Bismillahirrahmaanirrahiim.

Dalam Piagam Jakarta, Sila Pertama berbunyi Ketuhanan dengan menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Kemudian redaksi itu dirubah menjadi Ketuhanan YME seperti saat ini, yang ternyata justru memiliki substansi Ke-Taudhid-an (meng-esakan Allaw Swt-red).

Belum lagi, baru-baru ini ada fenomena Zaskia Gotik yang menyebut Pancasila sebagai “bebek nungging” dalam sebuah acara hiburan di salah satu stasiun TV Swasta. Anehnya, ucapan Zaskia Gotik itu membuat seluruh orang di studio tertawa seraya terhibur.

Dengan kondisi itu, maka mantan Komandan Korps Baret Ungu menyerukan agar seluruh anak bangsa ini mensepakati kembali ke Pancasila dan UUD 1945 asli agar bangsa ini terselamatkan kehidupannya dan tidak mengingkari sejarahnya.

“Kita harus shortcut itu sistem UUD 2002 yang secara jelas telah menghilangkan makna Pancasila di bangsa ini,” pungkasnya. (TAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *