
MN, Palu – Perguruan tinggi sebagai basis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta tempat berkumpulnya kaum intelektual, diharapkan dapat berkontribusi bagi kemajuan pembangunan perikanan nasional. Sumberdaya alam (SDA) harus dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan dan pertumbuhan ekonomi. Namun ke depan, tantangan pemanfaatan SDA akan semakin besar di tengah fenomena perubahan iklim dan lingkungan.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam keterangannya di sela-sela dialog publik dengan tema “Sinergi Membangun Perikanan” di Palu, Kamis (27/7). Dialog publik ini turut dihadiri Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, civitas akademika Universitas Tadulako, Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia (Himapikani), dan para pemangku kepentingan terkait.
Slamet mengungkapkan, KKP sangat konsen dalam upaya optimalisasi SDA perikanan dan menjadikannya sebagai tumpuan pembangunan ekonomi nasional. Menurutnya, secara makro sektor ini harus menjadi penopang utama pencapaian PDB nasional, mengingat potensinya yang luar biasa besar. Ia menyebutkan, hingga triwulan I tahun 2017, PDB sektor kelautan dan perikanan tercatat senilai Rp84,4 triliun (perhitungan berdasarkan harga berlaku), dan diharapkan hingga tahun 2019 akan memberikan kontribusi sebesar 12 persen terhadap PDB nasional. Sedangkan secara mikro sektor ini akan didorong agar benar-benar berdampak terhadap pergerakan ekonomi masyarakat.
“Saya kira saat ini bukan saatnya lagi kita hanya bangga dengan potensi SDA yang ada, namun harus jauh melangkah agar potensi ini benar-benar dirasakan nilai manfaat ekonominya. Perguruan tinggi memiliki aset sumberdaya dan IPTEK, di sini juga hadir Himapikani sebagai intelektual perikanan. Tentunya ini merupakan kekuatan besar untuk dapat berperan secara aktif membangun perikanan nasional. Mulai batasi retorika dan gantikan dengan kerja nyata,” tegas Slamet
“Di Sulawesi Tengah, pemerintah telah mengimplementasikan program ‘Bina Pesisir’. Masyarakat bisa memanfaatkan program ini untuk usaha di bidang perikanan khususnya perikanan budidaya,” imbuhnya.
“Melihat potensi sumber daya kelautan di Sulawesi Tengah, maka budidaya rumput laut bisa dijadikan unggulan daerah ini”, lanjutnya.
Sejalan dengan Slamet, Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako, Burhanudin Sundu, mengatakan bahwa pihak perguruan tinggi selalu siap untuk berperan lebih aktif dalam pembangunan. Ia menegaskan bahwa tanggung jawab tersebut melekat sebagai bagian dalam upaya mewujudkan cita-cita luhur Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Kita akan dorong kurikulum mata kuliah di bidang perikanan ini lebih fokus pada upaya-upaya dalam menjawab tantangan perikanan di era globalisasi saat ini. Kita ingin, sarjana perikanan lebih mumpuni dan menjadi problem solver bagi masyarakat perikanan. Sebagai bentuk tanggung jawab, kami sepakat untuk mengalokasikan lahan seluas 100 ha untuk digunakan di bidang perikanan budidaya,” tegas Burhanudin.
Anugrah/MN






