Published On: Mon, May 15th, 2017

Kepala BIN: Serangan Virus WannaCry bagian dari Proxy War

Kepala BIN: Jenderal Pol Budi Gunawan

MNOL, Jakarta – Menanggapi fenomena yang berkembang saat ini terkait adanya virus WannaCry sebagai Ransomware baru yang menyerang beberapa negara termasuk Indonesia, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Pol) Budi Gunawan menyatakan beberapa pandangannya.

Ia mengurai serangan terhadap sistem informasi di Rumah Sakit Dharmais dan Harapan Kita yang melumpuhkan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat, juga  akan menyerang sistem informasi instansi lainnya dan pengguna komputer secara umum.
Menurutnya, serangan ini berawal dari bocornya tool yang digunakan oleh NSA (National Security Agency) yaitu sebuah kode pemrograman (exploit) yang memanfaatkan kelemahan sistem  dari Microsoft Windows.
“Exploit ini digunakan sebagai suatu metode untuk menyebarkan secara cepat software perusak yang bernama WannaCry ke seluruh dunia. Group hacker yang menyebarkannya adalah Shadow Broker,” terang Budi dalam siaran persnya yang diterima redaksi di Jakarta, (15/5).
Lanjutnya, motif serangan berubah dari yang dulunya dilakukan oleh negara dengan tingkat kerahasiaan operasi yang tinggi, menjadi serangan yang dilakukan oleh kelompok dengan motif komersial dan merugikan masyarakat banyak.
“Jika dilihat dari exploit yang dibocorkan, kita juga harus waspada terhadap exploit lainnya yang digunakan oleh state atau non state hacker untuk melakukan penetrasi ke dalam sistem target yang memiliki kelemahan dan tidak sempat diantisipasi oleh pembuat sistem,” ujar lulusan Akpol tahun 1983 itu.
Serangan ini menjadi peringatan (alert) bagi semua pihak terutama instansi publik yang strategis seperti rumah sakit. Untuk meningkatkan kemampuan sistem pengamanan informasi, Budi menekankan perlunya kewaspadaan tingkat tinggi dari seluruh pihak.
“Serangan seperti ini merupakan bentuk ancaman baru berupa proxy war dan cyber war yang digunakan oleh berbagai pihak untuk melemahkan suatu negara,” tandasnya.
Masih kata Budi, negara dan seluruh instansi terkait pengamanan informasi harus mulai merubah paradigma sistem pengamanan informasi. Misalnya dari pengamanan informasi “konvensional” seperti Firewall dan Antivirus, menjadi ke arah sistem pengamanan terintegrasi yang memiliki kemampuan deteksi serangan secara dini (intelligence system) ke seluruh komponen sistem informasi yang digunakan.
Pihaknya kini tengah melakukan koordinasi dan konsolidasi di antara instansi-instansi yang bergerak di bidang intelijen dan pengamanan informasi mutlak segera dilakukan. Hal ini dilakukannya untuk mempercepat proses mitigasi jika terjadi serangan secara masif.
“Sehingga jika terjadi serangan cyber pada suatu instansi, maka dengan adanya konsolidasi, koordinasi dan pertukaran cyber intelligence, instansi lain yang belum terkena serangan dapat segera menentukan mitigasi dan tindakan preventif sebelum terjadi serangan,” pungkasnya.
(Adit/MN)

About the Author

- Akun ini merupakan akun milik tim redaksi MaritimNews.com dan dikelola oleh tim. akun twitter @MaritimNewsCom

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com