Categories: EnergiHLTerbaru

Lambatnya Pelayanan Bongkar Batubara di PLTU Suralaya, Akibat Cuaca Ekstrem

PLTU milik PT Indonesia Power

MN, Merak – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Merak, Provinsi Banten milik PT Indonesia Power anak usaha PT Perusahan Listrik Negara merupakan PLTU terbesar di ASEAN, ternyata harus mengakui kedigdayaan cuaca ekstrem yang berdampak melambatnya pelayanan bongkar batubara di PLTU tersebut.

Bayangkan apabila cuaca ekstrem yang dklaim oleh PLTU Suralaya menjadi penyebab lambatnya kegiatan bongkar batubara dari kapal sungguh ironis. Apalagi diprediksi cuaca buruk bakal terus berlanjut hingga bulan Februari 2018 mendatang, sehingga produktivitas bongkar batubara diprediksi terganggu dalam dua bulan ke depan.

Pihak Indonesia Power melalui Manajer Perencanaan dan Inventori PLTU Suralaya, Joko Widodo menjelaskan, pelayanan bongkar kerap terlambat di PLTU Suralaya khususnya saat cuaca ekstrem yang muncul di penghujung serta awal tahun. “Bila kecepatan angin di atas 16 knot maka alat bongkar batubara terhenti otomatis. Aktifitas dapat dimulai lagi setelah angin normal,” ujarnya.

“Beberapa bulan terakhir memang produktivitas bongkar batubara sangat rendah akibat cuaca buruk,” terang Joko Widodo kepada Maritimnews ketika pertemuan bersama dengan Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Merak, Abdul Aziz di Merak, Rabu (27/12).

Menurut Joko Widodo, ketika cuaca ekstrem produktivitas bongkar batubara di PLTU Suralaya hanya mampu dilakukan sekitar 600 – 700 ton per jam. Padahal saat cuaca normal, biasanya untuk membongkar batubara dari kapal kapasitas angkut 65.000 ton cukup membutuhkan waktu sekitar 4 sampai 6 hari saja.

Seperti diketahui, saat ini di PLTU Suralaya terdapat tiga kapal curah batubara tipe Panamax yang antre menunggu kegiatan bongkar yakni MV Suryawati yang tiba sejak 3 Desember 2017 hingga kini masih menunggu bongkar, MV Karunia tiba 24 Desember 2017 dan MV Andhika Nareswari tiba 22 Desember 2017.

Sedangkan terkait MV Suryawati, kapal milik PT Arpeni Pratama Ocean Line (APOL) Tbk yang mengangkut 67.000 ton batubara, Joko menegaskan bahwa MV Suryawati merupakan subkontrak PT Bahtera Adiguna (BAG), anak perusahaan PT PLN. “Kedatangan MV Suryawati tanggal 3 Desember lalu, tidak memberitahukan sebelumnya kepada kami, baik dari Arpeni maupun BAG,” pungkasnya.

(Bayu/MN)

Bayu

Jurnalis Maritimnews.com

Share
Published by
Bayu

Recent Posts

Nataru 2025/26, Pelabuhan Priok Hadirkan PIJAR

Jakarta (Maritimnews) - Kolaborasi program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) antara PT Pelindo Regional…

1 day ago

Refleksi Akhir Tahun, ISI Usung Visi Jadi Think Tank Teratas

Selain mengusung beberapa agenda seperti visi menjadi lembaga Think Tank teratas di Indonesia, acara juga…

5 days ago

Pelabuhan Tanjung Priok Siap Layani Arus Penumpang Nataru 2025–2026

Jakarta (Maritimnews) - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Pelindo Regional 2 Tanjung Priok menyatakan kesiapan penuh…

6 days ago

Pengamat Keamanan Maritim Tekankan Pentingnya Keamanan Maritim sebagai Pilar Strategi Diplomasi Biru Indonesia

MN, Jakarta - Setelah meratifikasi Biodiversity Beyond National Jurisdiction (BBNJ) atau Keanekanragaman Hayati di Luar…

1 week ago

Nataru 2025 – 2026, SPMT Pastikan Pelayanan Optimal

Medan (Maritimnews) - Subholding PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) memastikan seluruh layanan terminal di berbagai…

1 week ago

AHY Tinjau Pelabuhan Priok Hadapi Nataru 2025 – 2026

Jakarta (Maritimnews) - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) meninjau…

1 week ago