Published On: Fri, Feb 23rd, 2018

Didaulat Menjadi Keynote Speaker, Menko Luhut Ajak Para Investor Dunia ke Indonesia

Menko Luhut saat menjadi keynote speaker dalam Global Sovereign Wealth Fund Institute Annual Coference 2018 di Santa Monica, Amerika Serikat, Rabu (21/2).

Menko Luhut saat menjadi keynote speaker dalam Global Sovereign Wealth Fund Institute Annual Coference 2018 di Santa Monica, Amerika Serikat, Rabu (21/2).

MN, Santa Monica – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Luhut Binsar Pandjaitan berkesempatan menjadi keynote speaker pada pertemuan Global Sovereign Wealth Fund Institute Annual Coference 2018 di Santa Monica, Amerika Serikat, Rabu (21/2).

Sebelum memaparkan peluang investasi di Indonesia, Menko Luhut memberikan informasi secara singkat tentang kondisi geografis Indonesia yang strategis di Asia. Ada beberapa poin penting yang disampaikan Menko Luhut dalam kata sambutannya, diantaranya iklim investasi yang sehat di Indonesia, kestabilan politik di Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merangkak naik sekitar 5 – 5,7 persen dalam 10 tahun terakhir.

“Kenapa kita harus berinvestasi di Indonesia? Sebab, Indonesia punya populasi kelas menengah yang besar, reformasi di regulasi yang memudahkan, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil dalam sepuluh tahun terakhir. Bahkan ketika pertumbuhan ekonomi dunia melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan akselerasinya. Setelah mencapai titik rendah di pertengahan 2015, sekarang posisi Indonesia ada di peringkat tiga setelah China dan India di kelompok negara G20,” ujar Menko Luhut di hadapan delegasi berbagai negara yang hadir.

Kemudian, Menko Luhut memaparkan bahwa pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan laut, bandara, MRT, LRT, Jalan Tol, serta fasilitas lainnya adalah salah satu prioritas utama dari Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dengan tujuan meningkatkan daya saing ekonomi dan yang terpenting adalah demi membangun konektivisitas antar penduduk di Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau.

“Dari tantangan geografis itulah kami memandang penting untuk membangun konektivitas, selain untuk alasan ekonomis namun utamanya hal itulah yang dapat mempersatukan Indonesia. Oleh karenanya kami meningkatkan anggaran untuk infrastruktur sejak 2014-2018 sebesar 160 persen, dari Rp 154 triliun ke Rp 409 triliun dengan mengurangi subsidi BBM dan manajemen fiskal yang bijak,” imbuhnya.

Diketahui, dengan mengimplementasikan kebijakan fiskal yang baik, Indonesia mampu menjaga rasio hutang di bawah 30 persen dari GDP dan defisit anggaran di bawah tiga persen.

“Dan salah satu hasilnya adalah, Indonesia mendapat rating bagus dari tiga lembaga pemeringkat ekonomi global yang kredibel. Kini Indonesia sudah mendapatkan peringkat investment grade atau layak investasi dari tiga lembaga pemeringkat utama, S&P Global Ratings, Fitch Ratings, dan Moody’s,” tukas Menko Luhut.

Selanjutnya, Menko Luhut menjelaskan bahwa selain meningkatkan pembangunan infrastruktur, pemerintah Indonesia juga mereformasi berbagai kebijakan di sektor umum. Diantaranya, penyederhanaan proses perizinan, mengurangi daftar investor negatif demi menarik lebih banyak investor dari luar negeri dan penyediaan insentif fiskal.

“Salah satu reformasi utama kami adalah pengurangan jumlah hari dan dokumen yang harus diproses. Kami telah kurangi jumlah rata-rata hari untuk mendapatkan perizinan sekitar 600 persen. Hasilnya, kami berhasil meningkatkan peringkat bisnis dari awalnya urutan 120 di 2015 ke urutan 72 di tahun 2018,” jelas Menko Luhut.

Di akhir presentasi, Menko Luhut menegaskan bahwa pemerintah Indonesia serius menangani sampah plastik yang dibuktikan dengan pembuatan TPA Suwung dan pembersihan sungai Citarum serta mengajak para investor untuk menanamkan investasi dalam sektor ini.

About the Author

- Redaktur

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com