Published On: Mon, Feb 26th, 2018

IGSF 2018, Semangat Mewujudkan Poros Maritim Dunia dari Perth

Dedi Gunawan Widyatmoko (Master of Maritime Policy Student di The Australian National Centre for Ocean Resources and Security, University of Wollongong, Australia) dan Indra Alverdian (Phd Candidate di The Australian National Centre for Ocean Resources and Security, University of Wollongong, Australia) dalam sesi tanya-jawab setelah memaparkan paper mereka di depan panelis dan peserta IGSF 2018. (Foto: DG)

MN, Jakarta – Tokoh-tokoh kemaritiman nasional dan para akademisi dari berbagai latar belakang berkumpul di Perth, Western Australia dalam rangka program dua tahunan “Indonesia Global Scholars’ Forum (IGSF)” yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia pada tanggal 23-25 Februari 2018.

Konferensi yang dilaksanakan dalam Bahasa Inggris ini dihadiri selain Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia juga dihadiri oleh para akademisi dari Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, University of Birmingham dan tidak ketinggalan Universitas Darussalam Gontor.

Hari pertama kegiatan dilaksanakan di Murdoch University dengan didahului pembukaan dari pihak KJRI Australia dilanjutkan dengan paparan dari beberapa narasumber. Di antaranya Begawan ilmu kelautan Prof. Hasyim Djalal, mantan Wakil Menlu Dinno Pati Djalal, Prof. Baiquni dari UGM, Prof. Jamaludin Jompa dari Unhas, Letkol Agus Pramono dari TNI, Prof. Malcolm Tull dari Murdoch University dan Natalie Sambhi dari US-Perth Asia Centre.

Antusias para peserta IGSF 2018. (Foto: DG)

Paparan dari seluruh narasumber disambut oleh peserta dengan antusias. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan pada sesi diskusi hingga moderator membatasi jumlah pertanyaan karena terbatasnya waktu.

Hari kedua konferensi dilaksanakan di KJRI Perth yang diisi dengan kegiatan paparan dari seluruh pengirim paper di depan panelis (Prof. Hasyim Djalal, DR Dinno Pati Djalal, Prof. Baiquni, Prof. Jamaludin Jompa dll). Para peserta antara lain mahasiswa serta warga negara Indonesia yang ada di Perth.

Akrab – Prof. Hasyim Djalal dengan bersemnagat menularkan Visi Kemaritimanya ke generasi muda di IGSF 2018. (Foto: DG)

Masing-masing pemapar memaparkan ide-ide untuk mewujudkan takdir Indonesia sebagai Negara Poros Maritim Dunia dan ditanggapi oleh panelis maupun peserta dengan pertanyaan dan diskusi dua arah yang berlangsung sangat interaktif.

Selain itu, hari kedua juga diisi oleh paparan Diaz Hendropriyono dari Kantor Staf Khusus Presiden yang kemudian juga menerima aspirasi dari IGSF 2018. Aspirasi ini disebut “SEGARA” untuk diteruskan ke Pemerintah. Acara diakhiri dengan penutupan oleh Pihak KJRI dan dilanjutkan makan malam bersama.

Aspirasi ‘SEGARA’

SEGARA yang merupakan kependekan dari Sembilan Gagasan Para Pelajar Indonesia di Australia merupakan kompilasi dari ide-ide yang muncul dalam IGSF 2018 dan diharapkan memberi kontribusi pemikiran dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Secara singkat SEGARA terdiri dari: (1) mempercepat penyelesaian masalah perbatasan laut dengan negara tetangga, (2) meningkatkan kemampuan pertahanan dengan perbaikan teknologi penginderaan, (3) meningkatkan pengaruh maritim Indonesia dalam kerjasama global, (4) melakukan reformasi pengelolaan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, (5) memanfaatkan jaringan diaspora untuk pembangunan maritim Indonesia, (6) melaksanakan usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan dan bertanggungjawab, (7) meningkatkan upaya riset, (8) melestarikan cagar budaya maritim, serta (9) meningkatkan pariwisata maritim.

Ide-ide yang muncul untuk kemajuan dunia maritim Indonesia yang berasal dari akademisi dengan berbagai latar belakang ini menjadi bukti bahwa semua elemen masyarakat Indonesia  bersemangat mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Keakraban dan kebersamaan peserta IGSF 2018 makin terasa dengan acara di hari berikutnya yaitu study tour ke Fremantle Maritime Museum dan Fremantle Port yang berjarak sekitar 10 Km dari Perth. Dengan diiringi candaan dan gurauan yang akrab, para peserta berkeliling dan melihat-lihat 2 tempat yang menjadi icon Western Australia tersebut.

Kekompakan para peserta IGSF 2018. (Foto: DG)

Dari artefak-artefak, sisa kapal VOC yang terdampar di pantai barat Australia dan diorama-diorama yang ditampilkan, peserta menyadari  betapa Indonesia adalah wilayah yang sangat penting dalam perdagangan dunia di abad 16-an. Sebelum para pendatang Eropa menemukan Australia, para pedagang Eropa sudah melakukan transaksi dagang dengan Indonesia dengan pusat perdagangan saat itu di Batavia (Jakarta).

“Kesadaran ini makin meningkatkan semangat para peserta untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia sebagaimana takdirnya. Semangat ini akan terbawa sampai kapan pun dan dimana pun para peserta IGSF 2018 mengabdikan dirinya untuk kemajuan dan kesejahteraan Indonesia. Jalesveva Jayamahe,” ungkap salah satu Mahasiswa Indonesia di Australia, Dedi Gunawan.

(Anug/MN)

 

 

 

About the Author

- Akun ini merupakan akun milik tim redaksi MaritimNews.com dan dikelola oleh tim. akun twitter @MaritimNewsCom

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com