IA ITB Gandeng BPPT dan Kemenko Maritim Petakan Gempa dan Tsunami Palu
MN, Jakarta – Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim), mengirimkan tim relawan untuk meneliti penyebab bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Palu serta beberapa daerah di Sulawesi lainnya beberapa waktu yang lalu.
Tim relawan tersebut beranggotakan lebih kurang 46 peneliti yang akan melakukan dengan menyisir perairan terdampak bencana tersebut dengan menggunakan Kapal Baruna Jaya I, kapal survey milik BPPT.
Kepala Biro Umum Kemenko Maritim, Dr. Djoko Hartoyo menjelaskan bahwa tim relawan peneliti tersebut akan melakukan survey dan pemetaan batimteri dengan menggunakan multibeam echosounder di sepanjang perairan terdampak bencana gempa dan tsunami tersebut.
“Tim yang beragkat dengan Kapal Baruna Jaya I milik BPPT ini, nantinya akan melakukan survey dan pemetaan batimetri dengan menggunakan multibeam echosounder di sepanjang perairan yang terkena dampak tsunami tersebut. Hasilnya nanti berupa tiga dimensi yang berguna untuk identifikasi lebih lanjut oleh para peneliti ini,” ujarnya.
Selain melakukan survey dan pemetaan batimetri, rombongan tim relawan peneliti ini juga membawa bantuan berupa makanan, minuman, obat-obatan, perlengkapan bayi, hingga lampu-lampu dan alat pengisi daya telepon seluler yang menggunakan panel tenaga surya produksi dua perusahaan milik negara PT. LEN dan PT. INTI.
Tim relawan yang diberangkatkan ini sendiri berasal dari berbagai organisasi yang ada negeri ini, seperti Bhineka Tunggal Ika dari Bandung, Bunda Mutiara dari Bandung, PT. LEN, PT. INTI, serta organisasi-organisasi lainnya.
Bantuan yang dikirimkan bersama para relawan peneliti ini berasal dari sumbangan masyarakat umum yang sudah terkumpul dan nantinya akan diserahkan dala dua metode. Yang pertama diserahkan ke pos-pos pemberi bantuna yang telah tersedia dan yang kedua tim relawan juga akan membantu menyerahkan langsung ke lokasi-lokasi yang masih sulit dijangkau oleh relawan yang sudah ada di Palu dan wilayah terdampak bencana lainnya saat ini.