Membawa Banyak Manfaat, Ini Hasil Lawatan Kasal ke Belanda
Jakarta (Maritimnews) – Dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama antara Indonesia dan Belanda khususnya TNI Angkatan Laut (TNI AL) dan Royal Netherlands Navy (RNLN), Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono melaksanakan pertemuan resmi, memenuhi undangan Commander of RNLN Vice Admiral (VADM) Rene Tas, di National Maritime Museum Amsterdam, Belanda, beberapa waktu lalu.
Kunjungan Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono yang didampingi Asintel Kasal Laksamana Muda TNI Angkasa Dipua dan Asops Kasal Laksamana Muda TNI Dadi Hartanto mendapat sambutan yang luar biasa dan penuh kekeluargaan.
Beberapa pembicaraan penting dibahas dalam Official Meeting tersebut khususnya dalam meningkatkan hubungan kerja sama di bidang latihan dan pendidikan yang sudah terjalin dengan sangat baik selama ini.
Pembahasan lain tentang rencana latihan bersama baik setingkat PASSEX antar kapal, maupun keterlibatan personel TNI AL selaku observer dalam Latihan yang diadakan oleh RNLN. Disamping itu juga kemungkinan partisipasi RNLN pada Latihan Multi Naval Exercise Komodo 2023 sekaligus menghadiri International Maritime Security Symposium (IMSS) 2023.
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi juga menjadi perhatian kedua petinggi Angkatan Laut ini yang memandang perlunya pembangunan Kapasitas melalui berbagi IPTEK yang didukung oleh industri pertahanan.
Peningkatan kerja sama lainnya adalah antara Korps Marinir kedua AL, dengan terus memperkuat hubungan kerja sama antar personel melalui interaksi yang dimulai dari tingkat Taruna/Perwira muda AL Indonesia dan Belanda. Kedua pimpinan tertinggi Angkatan Laut ini berharap kerja sama kedua negara khususnya dal bidang Angkatan Laut dapat terus ditingkatkan.
Sebelumnya, dalam lawatan ke luar negeri Kasal juga meresmikan dua kapal jenis MCMV (Mine Counter-Measure Vessel) yang merupakan kapal perang jenis Buru atau Penyapu Ranjau yang diberi nama KRI Pulau Fani dan KRI Pulau Fanildo di Galangan Abeking & Rasmussen, Lemwerder, Jerman. Selasa (11/10) lalu.
Ship Naming atau pemberian nama kedua kapal tersebut secara seremonial diberikan oleh Ibu Vero Yudo Margono selaku “Ibu Kandung Kapal” dengan prosesi pemotongan tali pengikat kendi untuk pemecahan kendi ke badan kapal, selanjutnya Ibu Wamenhan menekan tombol nama kapal. Sementara pelaksanaan Ship Launching Pulau Fani ditandai dengan dengan memotong tali tambat kapal dengan menggunakan kampak oleh Kasal Laksamana Yudo.
Kedua kapal jenis MCMV buatan A&R ini lebih canggih dengan teknologi peperangan ranjau modern dibandingkan kapal buru ranjau yang telah dioperasionalkan TNI AL sekarang, kedua kapal ini memiliki beberapa keistimewaaan diantaranya berbahan baja non magnetik yang sementara ini hanya ada di galangan luar Indonesia, memiliki degausing system untuk mengurangi kemagnetan kapal, dan dilengkapi penggerak motor elektrik untuk mengurangi tingkat kebisingan.
Selain itu, memiliki dimensi yang lebih besar dengan panjang 61,4 meter dan lebar 11,1 meter, memiliki peralatan sonar terbaru yang mampu mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air, memiliki ROV (Remotely Operated Vehicle) untuk identifikasi dan netralisasi ranjau, AUV (Autonomous Underwater Vehicle) untuk membantu mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air, serta akan dilengkapi dengan USV (Unmanned Surface Vessel) yakni kapal tanpa awak untuk pemburuan dan penyapuan ranjau. Pebangunan kapal perang secara berkelanjutan ini merupakan program prioritas Kepala Staf Angkatan Laut yang berkomitmen meningkatkan dan mengembangkan kekuatan dan kemampuan pertahanan secara professional, khususnya pertahanan matra laut yang syarat dengan tekhnologi dan perkembangannya sangat dinamis.
Kasal Laksamana Yudo menjelaskan urgensi pengadaan kedua kapal tersebut adalah dikarenakan Indonesia memiliki laut yang sangat luas, dimana 2/3 wilayah Indonesia terdiri dari lautan yang masih banyak terdapat ranjau laut peninggalan perang dunia ke-2, di samping itu juga karena dinamisnya perkembangan tekhnologi persenjataan ranjau saat ini.
“TNI AL perlu kapal MCMV untuk menjaga perairan Indonesia aman, bebas dari gangguan dan ancaman senjata bawah air terutama ranjau, serta untuk membersihkan perairan Indonesia yang masih memiliki potensi bahaya ranjau,” papar Kasal. (*)