Wanita SP TPK Koja Hadiri Konferensi ITF di Senegal
Jakarta (Maritimnews) – The International Transport Workers Federation (ITF) yang berpusat di London, sebagai serikat buruh yang didirikan pada tahun 1896 terdiri dari 670 serikat pekerja di 147 negara seluruh dunia. Organisasi ini didirikan dalam rangka meningkatkan kondisi kerja bagi para pekerja khususnya di bidang transportasi.
Baru-baru ini organisasi ITF menggelar konferensi di Saly Senegal pada tanggal 25-27 September 2023 yang agendanya fokus pada permasalahan perempuan di sektor transportasi, antara lain soal mengakhiri eksklusif sistemik, mengakhiri kekerasan terhadap perempuan pekerja transportasi, kesetaraan gender, meningkatkan partisipasi dan kepemimpinan perempuan pekerja transportasi.
Adalah Susanti anggota Serikat Pekerja (SP) TPK Koja yang ikut menghadiri bersama wanita Indonesia lainnya, yakni Pradita Ningrum, Gini Aristi Hardono, Eka Fitri Mulyani dari SPKAI, Jacquline Tuwanakotta dari FSPBI, Krisnadewi luh Pasek dari KPI, dan Enung Yani sebagai pembimbing.
“Saya wanita pekerja di TPK KOJA salah satu terminal peti kemas terbesar di Indonesia, layanan pelabuhan kami adalah operasi kapal, operasi lapangan dan lainnya. Serikat pekerja kami juga merupakan anggota ITF,” terang Susanti kepada Maritimnews di Jakarta, Selasa (17/10).
Menurut Susanti, konferensi yang mengfokuskan pada permasalahan perempuan di sektor transportasi tersebut, banyak mendengar cerita menarik dari wanita-wanita berbagai negara. Ada negara yang mempunyai budaya tersendiri justru menjadi kendala yang akhirnya menyulitkan para perempuan untuk mengembangkan kemampuan dalam berkarir.
“Tapi kami di sini, kami ngobrol dan bercerita berbagi masalah, mencari solusi, kami banyak berdiskusi,” tutur Susanti.
Contoh dalam sebuah diskusi kelompok kecil, seorang anggota dari negara Kenya mengatakan, bahwa dia harus berangkat kerja pada jam 3 pagi dari rumah. Bahkan disana laki-laki pun takut berangkat kerja pada jam segitu, karena faktor keamanan dan tidak ada security.
“Sungguh beruntung sekali saya kerja di TPK KOJA, tidak ada shift untuk pegawai perempuan dan sudah mempunyai fasilitas penjemputan bus dari kantor kami. Setidaknya kami merasa aman,” pungkasnya.
(Bayu Jagadsea/MN)