Published On: Sun, Jul 16th, 2017

APMI: Sudah saatnya Pemerintah cetak Profesional Muda di Sektor Maritim

Wasekjen APMI Kaisar Akhir

MN, Jakarta – Assosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI) menilai professional muda di sektor kelautan harus dicetak sebanyak-banyaknya guna mewujudkan tercapainya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Melalui Wakil Sekjennya, Kaisar Akhir, APMI berpandangan bahwa saat ini Indonesia sangat butuh banyak profesional muda untuk pemanfaatan sumber daya kelautan yang melimpah di Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

Kondisi saat ini yang terjadi adalah banyak pemuda Indonesia yang butuh akses untuk mencapai tahapan sebagai profesional muda. Artinya tingkat pendidikan dan pembinaan yang intensif perlu digalakan di setiap  setiap instansi yang berkecimpung di bidang maritim.

“Yang terjadi sekarang kurang adanya kepedulian dan inovasi dalam penciptaan lapangan kerja bagi para pemuda di sektor maritim terutama yang berbasis ekonomi kelautan,” ujar Kaisar di Jakarta (16/7).

Pemuda sebagai subjek yang berusia 16-30 tahun ialah tulang punggung bangsa Indonesia yang kini tengah bertransformasi menjadi bangsa maritim di masa mendatang. Periode 2030-2045, para pemuda tadi akan menjadi pemimpin negara maritim yang membawa kejayaan Indonesia di tataran global.

Lanjut Kaisar, yang merupakan fresh graduate dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri ini melihat mental dan karakteristik pemuda sekarang cenderung bersifat instan. Seakan-akan ijazah perguruan tinggi telah mencukupi modal dasarnya untuk berkiprah membangun negeri ini terutama di bidang maritim.

Padahal tanpa ditopang dengan ruang-ruang lain, nihil pemuda dapat membawa kejayaan NKRI di usianya yang satu abad pada tahun 2045 nanti. Atau bahkan sebaliknya, dengan karakter pemuda saat ini bisa jadi sudah tak ada lagi nama NKRI di tahun itu.

“Pemuda sekarang cenderung hanya mengandalkan gelar akademik dan lamaran kerja, di sisi lain para senior baik pemerintah maupun swasta dirasa belum mampu membuat program pembekalan profesi dan penyediaan lapangan kerja bagi para pemuda secara berkelanjutan khususnya di sektor ekonomi kelautan. Ini tentu akan menjadi masalah krusial ke depannya,” bebernya.

Penanaman wawasan kebangsaan, Maritime Domain Awareness (MDA) serta kemampuan-kemampuan teknis menjadi urgensi untuk mencetak profesional muda yang andal di bidang kemaritiman.

“Kebanyakan hanya mau yang serba instan, serba ekspres tanpa proses. Pemerintah sendiri kurang juga memiliki kesadaran untuk melihat potensi pemuda dan potensi kelautannya. Padahal semua provinsi di Indonesia kaya akan pemuda dan sumber daya kelautan,” seloroh Kaisar.

Bisa jadi kebobrokan dari generasi saat ini akan semakin akut di kala para pemuda memimpin negeri ini di periode mendatang. Ketika bertaburan titel sebagai lulusan luar negeri, namun pada kenyataannya harkat dan martabat bangsa masih jauh panggang dari pada api, apalagi dalam nuansa sebagai negara maritim yang disegani minimum di level regional.

Sungguh ironis ketika penyandang lulusan luar negeri, kembali ke negeri ini pun tak mendapat ruang pengabdian yang mumpuni. Bahkan lebih mirisnya lagi ketika mereka harus mendaftar sebagai pengawak transportasi online untuk menyambung hidupnya. Di saat yang sama, tenaga-tenaga ahli asing telah mendominasi sektor-sektor utama pembangunan ekonomi.

Oleh karena itu, APMI yang berdiri sejak 2013 telah memainkan peran tersebut baik di tataran pusat muapun daerah. Kendati hasilnya belum siginifikan, namun organisasi yang dimotori oleh Renaldi Bahri Tambunan ini telah mengidupkan mata air kecil di tengah kegersangan profesional muda di bidang maritim.

Hal ini yang seharusnya pemerintah lihat sebagai suatu potensi untuk membangun kekuatan maritim. Dengan prinsip sinergitas dalam semangat gotong royong, sudah selayaknya pemerintah menjadi subjek yang menonjolkan rasa asah, asih dan asuh terutama kepada pemuda yang berorientasi pada kemaritiman.

“Andai saja ada unit khusus di setiap direktorat jenderal atau deputi kementerian dan lembaga teknis di bidang pemberdayaan pemuda untuk ekonomi kelautan yang fokus kepada penyiapan SDM yang profesional dan berkelanjutan, mungkin akan lebih terasa lebih riil dalam membangun potensi maritim,” imbuh Kaisar.

Masih kata dia, hal tersebut tentunya untuk meningkatkan pendapatan nasional, daya saing bangsa, kesejahteraan rakyat, dan stabilitas negara berbasis pemanfaatan sumber daya kelautan. Ketika pemuda-pemuda yang memiliki intelektualitas tinggi baik lulusan luar maupun dalam negeri serta sempat mengenyam candradimuka dunia pergerakan sudah selayaknya menjadi pioneer kemajuan bangsa.

“Jangan ada lagi istilah penganggur intelektual. Jumlah mereka harus dapat berkurang untuk masa depan negara maritim yang terang benderang. Hal tersebut bisa terwujud ketika mereka mendapat ruang pengabdian layak. Maka Poros Maritim Dunia akan terasa lebih dekat dengan kenyataan,” pungkasnya.

 

(Adit/MN)

About the Author

- Akun ini merupakan akun milik tim redaksi MaritimNews.com dan dikelola oleh tim. akun twitter @MaritimNewsCom

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com