Mengenang Matahari Terbit, Pesan Cinta dari Dieng
Jakarta, Maritimnews – CEO Kill covid-19 Relief International Service (KRIS) Adharta Ongkosaputra melakukan kegiatan sosialnya di Jawa Tengah (Jateng).
Di tengah perjalannya ke Cilacap dan Pegunungan Dieng, Adharta merasakan sensasional dalam mengenang kunjungannya ke Negeri Sakura, Jepang. Dia begitu kagum dengan kemajuan industri Negeri Matahari Terbit tersebut.
Hari masih gelap ketika aku terkejut bangun, seperti sebuah kerinduan, aku mau memandang saat matahari terbit dan menyapanya. Dalam bahasa jepang dikenal dengan sebutan Hinode Jikoku,” kata Adharta dalam keterangannya kepada Maritimnews, Minggu (4/2).
Dalam kepercayaan Jepang, matahari terbit dianggap sebagai sebuah doa.
“Sepulang dari Eropa saya melakukan lanjut perjalanan bisnis pada tahun 2000, saya dan istri bersama Pandu, dijamu oleh Mitsubishi Corporation di pusat usaha di Kota Yokohama,” kenangnya.
“Saya memperkenalkan putra terkecil kami Pandu tentang bagaimana Negara Jepang bisa sangat maju. Pandu sempat mengemudikan Membawa Simulator Helikopter keliling Kota Mitsubishi, pabrik yang sangat besar sekali. Kami bisa menikmati, memandang semua fasilitas Mitsubishi dari udara,” tambah dia.
Saat itu, dia didampingi Presiden Direktur Mitsubishi Mr Obayashi, Deputy CEO Mr Hayashi dan Manajer Operasi Mr Kubo.
“Beberapa hari kami mengunjungi kota Tokyo, Kyoto, Kobe dan Yokohama. Liburan singkat namun penuh makna,” ungkapnya.
Adharta sangat menyukai Negara Jepang karena orang-orangnya sangat ramah dan sopan santun juga pekerja keras. Mungkin beda dengan negara lain.
“Saya juga mampir di Danau Owakudani di sana ada lapangan Golf cantik di kaki Gunung Fujiyama,” ujarnya.
Sambung dia, industri Jepang khususnya alat alat berat sangat maju. Merk Komatsu Hitachi dan Mitsubishi sangat mendunia bisa bersaing dengan buatan Amerika dan Eropa. Kemudian Catterpilar Cumins Volvo MAN dan lainnya.
“Mengapa Jepang bisa begitu cepat maju, saya rasa matahari menjadi sumber inspirasinya. Desa Watu Angkur Dieng menjadi tempat indah untuk memandang matahari terbit. Hatiku sempat berdebar-debar dalam doaku di pagi hari. Matahari pun terbit di ufuk Timur,” ungkapnya lagi.
“Aku menyapa Matahari. Hangatmu membuat semangat. Semoga bangsa dan Negara Republik Indonesia akan tetap jaya dan aman. Terutama minggu depan ada agenda pemilihan umum,” jelas dia.
Dalam perjalanan menuju Wonosobo, Adharta didampingi Wakil Ketua Umum KRIS Budi Hidayat bersama Dirut RSU Santa Maria Dr Caecilia dan Direktur Operasi Dr Urip.
“Kami duduk bercerita sampai larut malam. Menarik sekali diskusi mengenai kesehatan. Masa Depan RSU Santa Maria Cilacap sampai saya perkenalkan Dengan Direktur IHC Dokter Rista semoga bisa terjalin kerja sama IHC dan RSU Santa Maria,” bebernya.
Dalam cerita tentang NKRI yang dipersatukan oleh Sumpah Pemuda tahun 1928, Adharta berseloroh bahwa kita bisa bersatu karena Bahasa.
“Kata Dokter Caecilia, iya pasti satu bahasa Bahasa Indonesia. Saya bilang bukan Bahasa Indonesia, tetapi bahasa cinta. Kami semua tertawa,” ungkap Adharta.
Akhirnya kami harus meninggalkan Wonosobo. Tanpa lupa mampir Cirebon untuk mengisi bensin di Kampung Tengah.
Perjalanan dikirim hujan deras, tapi kami besertaTim KRIS sangat beruntung karena sempat mendapat berkat dari Mgr Nikolaus Saputra MSC dan doa dari Pastor Sumpana MSC di Taman Rohani Taro Anggro yang cantik.
“Ini wajib dikunjungi bagi umat Katolik. Semua senang, semua bersuka cita. Ajarilah kami bahasa Cinta-Mu Tuhan. Lemah lembut, sabar, sederhana,” harapnya.
KRIS melayani pembagian kacamata di Cilacap dan Wonosobp. Di bawah Ketua Lendy Yustena, Adharta yakin pesan Pastor Sumpana MSC dapat terealisasi.
“Cahaya Matahari sudah redup saat matahari terbenam di ufuk Barat. Tetapi kehangatannya tetap bersama seluruh anggota KRIS,” ujarnya berkisah.
“Tiada lupa terima kasih tak terhingga buat para Donatur dan Relawan yang telah mensukseskan acara baksos ini Tuhan memberkati,” pungkas Adharta. []