Menteri Susi: Indonesia Bangsa Maritim Yang Selalu Didoktrin Agraris
MN, Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti hadir dalam seminar yang diselenggarkan Ikatan Nakhoda Niaga Indonesia bersama Fraksi Partai Golkar DPR RI di DPR, Kamis (12/4/2018). Dalam sambutannya, Susi menyinggung Indonesia bangsa maritim, namun masyarakatnya selalu didoktrin hidup di negara pertanian. Padahal 70% wilayah Indonesia adalah lautan.
“Indonesia lahir secara geografis sudah jadi bangsa maritim karena 70% kita lautan. Dunia juga sama, 70% lautan. Tapi 70 tahun bangsa kita merdeka, kita selalu didoktrin bangsa yang ada di pertanian,”
kata Susi di Seminar Nasional: Konsepsi Strategis Pengembangan Potensi Maritim Nasional Dalam Mewujudkan Cita-cita Poros Maritim Dunia Menuju 100 Tahun Kemerdekaan di Gedung Nusantara DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Hal ini trjadi bukan cuma Indonesia, di negara-negara lain pun juga banyak yang mengutamakan daratan, meskipun mayoritas wilayahnya laut. Hal itulah yang menyebabkan aturan di sektor maritim sedikit.
“Dunia pun mikirnya kita ini planet tanah saja. Padahal 70% itu adalah lautan, yang attach kepada aturan dan wilayah kewenangan di teritorial cuma 40%,” ungkapnya.
Dia menambahkan, Presiden Joko Widodo, di sektor maritim kini jadi perhatian utama. Pemerintah gencar membangun sektor maritim mulai dari perikanan hingga transportasi dan pelabuhan. Pemerintah menjadikan laut sebagai masa depan bangsa dan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
“Yang terjadi di wilayah Indonesia saat ini, erat kaitannya dengan apa yang terjadi di laut lepas. Pak jokowi membuat misi laut menjadi masa depan bangsa, Indonesia jadi poros maritim dunia,” pungkasnya.
Dalam seminar tersebut juga dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang mengamini pernyataan Mentri Susi.
Budi menyatakan bahwa pemerintah untuk menopang Indonesia negara maritim dengan menyiapkan pelabuhan-pelabuhan bertaraf internasional.
“Ya kita punya Kuala Tanjung di barat Indonesia yang harapannya bisa memegang alur di Selat Malaka.” imbunya. (hsn)