Published On: Mon, Jan 11th, 2021

Alvin Lie: Sriwijaya Air SJY 182 Hanya Butuh 20 Detik Jatuh ke Laut

Ilustrasi Peasawat Sriwijaya Sir.

Ilustrasi Peasawat Sriwijaya Sir.

MN, Jakarta – Pakar penerbangan Alvin Lie mengungkapkan bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 hanya membutuhkan waktu lebih kurang 20 detik saat terhempas dari ketinggian 10.000 kaki sampai ke permukaan laut. Pesawat yang rencananya bertolak menuju Pontianak ini, jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Sabtu (9/1).

Lebih lanjut, mantan Ketua Ombudsman RI itu menjelaskan bahwa dari grafik dan data penerbangan, pesawat sempat mengalami kehilangan ketinggian secara drastis pada posisi 10.000 kaki di atas permukaan laut. Pesawat terakhir terlihat di ketinggian 250 kaki.

“Kecepatan vertikalnya itu mendekati 30.000 kaki per menit. Jadi kalau pada ketinggian 10.000 kaki, terhempas ke permukaan (laut) itu hanya butuh 1/3 menit atau 20 detik,” jelas Alvin Lie saat berbicara dalam satu tayangan di CNNIndonesia TV.

Ia menduga Sriwijaya SJ 182 kehilangan sistem kendali sebagaimana yang pernah dialami oleh dialami oleh Air Asia QZ 8501 pada tahun 2014 yang lalu. Menurutnya, dalam kasus tersebut, elevator mengalami masalah yang membuat pesawat menghujam ke bawah.

Alvin juga menjelaskan tentang salah satu fungsi sistem kendali yang berupa sayap horizontal pada bagian belakang pesawat adalah mengontrol derajat kemiringan naik turunnya badan pesawat.

“Bisa juga pesawat ini belum stabil kemudian mengalami high speed stall,” ujarnya.

Stall merupakan kondisi di mana pesawat kehilangan daya angkat. Kondisi ini bisa terjadi ketika pesawat melaju dengan bagian hidung miring ke atas lebih dari 15 derajat.

Kehilangan daya angkat ini bisa terjadi pada pesawat dengan laju kecepatan tinggi (high speed) dan kecepatan rendah (low speed).

Dalam ilmu fisika, desain sayap merupakan kunci agar suatu pesawat dapat terangkat ke udara. Sayap didesain agar bagian atasnya dapat menerima kecepatan udara yang lebih dari bagian bawah.

Akibatnya, tekanan udara yang ada di bagian bawah sayap lebih besar dari bagian atas sayap. Hal inilah yang mengakibatkan pesawat terangkat ke udara.

Ketika pesawat terbang datar, tidak terdapat kemiringan ke atas (nose up) pada hidung pesawat. Pada keadaan normal, nose up berkisar antara 2 hingga 5 derajat. Namun, jika nose up lebih dari 15 derajat, maka beban pesawat menjadi lebih berat.

Kemiringan ke atas lebih dari 15 derajat secara terus menerus dapat mengakibatkan suatu pesawat kehilangan daya angkat dan kemudian jatuh.

Lebih jauh, Alvin menilai jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 ini tidak berkaitan dengan usia pesawat. Pria yang pernah menjabat anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional itu menekankan bahwa meski pesawat sudah tua, jika perawatan dilakukan dengan baik maka hal itu tidak akan berpengaruh.

“Walaupun pesawat usianya sudah 26 tahun, tapi asal perawatannya baik tidak ada masalah. Kemudian pesawat ini pernah dikandangkan oleh Sriwijaya antara 23 Maret sampai 23 Oktober tahun lalu, setelah itu sudah aktif lagi terbang,” pungkasnya.

About the Author

- Redaktur

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

alterntif text
Connect with us on social networks
Recommend on Google
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com