Published On: Tue, Dec 20th, 2016

Perempuan Di Balik Misteri Penamaan Kapal

Ilustrasi

Oleh: Sjaifuddin Thahir*

MN – Para kapten kapal dan pemilik kapal yang saya hormati. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis berbagi informasi atas pengetahuan saya yang serba terbatas tentang mengapa nama kapal sebagian besar diberi nama perempuan. Penulis ingin mengajak para pembaca untuk membacanya dengan seksama.

Sudah berabad-abad lamanya manusia telah mengarungi dan menerjang laut dalam upaya untuk mengeksplorasi ruang terbuka lebar di dunia ini. Termasuk Nabi Nuh yang membuat kapal untuk mengangkut umat dan binatang-binatangnya karena terjadi badai dan banjir hebat yang menimpa negerinya saat itu.

Pada sebagian pelaut, pekerjaan berlayar sekarang ini adalah lebih dari sekadar hobi ketimbang sebagai pekerjaan untuk tuntutan memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun juga banyak sebagian pelaut baik yang bakat alam atau yang melalui pendidikan, berlayar adalah sebagai salah satu mata pencaharian yang sangat dibutuhkan dan kadang bisa menjanjikan, bila gajinya besar. Setelah membaca artikel ini diharapkan semoga pemilik kapal berkenan memberikan gaji ABK yang layak dan besar.

Meskipun demikian juga banyak pelaut atau nelayan kita yang belum atau sudah mengetahui terdapatnya tradisi bahari yang turun temurun yang tidak disadari. Salah satu tradisi turun temurun yang paling abadi di kapal adalah bagaimana konsep pemberian nama kapal.

Kapal secara historis diberi nama dengan nama perempuan, meskipun sampai dengan saat ini tradisi ini masih menjadi sedikit misteri. Misalnya nama kapal berikut ini : Alice, Anna B. Smith, Annabelle, Annie B. Embry, Bella, Betty Jane, Bonita, Clare, Elizabeth, Ellen, Isabela, Joanna, Julia, Katherine, Laura Reed, Margaret, Maria, Mercedes, Pratiwi, Srikandi, dll. Mengapa tradisi penamaan kapal ini masih ada?.

Sejarah Tradisi Pemberian Nama Kapal

Sejak awal sejarah tercatat, bahwa manusia telah menggunakan kapal digunakan untuk keperluan bepergian dan menjelajahi dunia lewat laut. Sebagaimana Mr. Colombus yang menemukan Benua Amerika. Setiap peradaban dan daerah atau Negara memiliki tradisi sendiri-sendiri tentang bagaimana pemberian nama kapalnya, tetapi peradaban tersebut paling sering dan sangat popular bahwa pemberian nama kapal selalu berbau feminin. Meskipun sampai dengan sekarang belum diketahui secara persis mengapa kapal diberi nama tokoh perempuan.

Terdapat dua teori yang menonjol dalam penamaan kapal, yakni:

Teori Dewa Dewi (TDD)
Satu teori namanya teori Dewa Dewi adalah kapal diduga diberi nama dewi atau tokoh mitos lainnya dalam daerahya, di Indonesia biasanya mengambil tokoh pewayangan dll. Namun kemudian teori ini sedikit bergeser ke nama-nama feminin yang popular, karena saat itu pengakuan akan dewa dan dewi mulai memudar.

Teori Fokus Bahasa (TFB)
Teori kedua atau dikenal dengan Teori Fokus Bahasa adalah penamaan kapal yang berfokus pada dasar Bahasa, bahasa Eropa misalnya. Sejumlah Bahasa misalnya Bahasa Jerman dan Bahasa Prancis, memiliki sistem gender yang sangat kompleks yang mana dalam bahasa tersebut melibatkan istilah tata bahasa di mana obyek nama kapal ditempeli dengan artikel atau nuansa maskulin atau dengan nuansa feminin.

Bahasa Inggris kuno juga menggunakan sistem tersebut untuk penamaan kapal karena memang bangsa Inggris itu asalnya dari bangsa Jerman. Kapal-kapal di Inggris diberi nama dalam bentuk feminin. Meskipun bahasa Inggris telah berubah dan berkembang, tradisi penamaan kapal ini masih menggunakan bentuk nama feminin dan masih ada sampai dengan hari ini.

Makna Pemberian Nama Kapal

Penamaan kapal merupakan tradisi yang sangat penting sebelum dilakukannya upacara peluncuran perdana kapal. Sebagai mana manusia memberi nama anak bayinya yang baru saja lahir. Mayoritas kapal yang dinamai tokoh perempuan yang terkenal, baik tokoh sejarah maupun tokoh pribadi yang mashyur, dengan nama-nama wanita yang terkenal.

Kalau zaman dahulu, penamaan kapal biasanya melibatkan kapten karena kapten nanti yang akan menjalani dan melayari kapal bersama ABK-nya. Penamaan kapal biasanya diikuti dengan tradisi upacara ritual dengan maksud untuk menangkal setiap timbulnya nasib buruk yang akan menimpa kapal di lautan. Nama kapal yang telah dipilih, kemudian ditempel, dilas dan dicat pada lambung kapal, dan kapal kemudian dilakukan upacara selamatan, katakan seperti “kenduri”, pada pelayaran perdananya agar mendapatkan berkat.

Bagi pemilik kapal, biasanya orang yang tajir, memilih nama bernuansa feminin untuk kapalnya harus dilakukan dengan sangat berhati-hati dan hanya dilakukan setelah melakukan banyak pertimbangan yang sangat matang. Sejumlah kapal dinamai tokoh-tokoh sejarah, dengan harapan bahwa dengan nama tersebut dapat membawa berkah, keberuntungan dalam bisnisnya dan kapal dapat kembali ke rumahnya dengan selamat. Misalnya penamaan kapal nelayan “Srikandi”, dilakukan dengan harapan mendapat hasil tangkapan ikan yang baik dan banyak, karena nama Srikandi dianggap sebagai tokoh pewayangan. Dewi Srikandi menjadi suri teladan prajurit wanita dan bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya.

Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Kurawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, putri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada Bisma.

Nama feminin selalu dipilih dengan maksud ide keselamatan, keamanan dan perlindungan, dan bahwa laut bagaikan ibu yang melindungi kapal selama perjalanan dan hanya seorang ibu yang dapat mengawasi anak-anaknya.

Kesalah Pahaman

Kapal tidak selalu diberi nama perempuan karena nama laki-laki juga ada, nama gunung juga ada, nama sungai juga ada. Pelni telah mengubah kedua teori tersebut di atas. Kapal-kapal Pelni misalnya. Ada 25 nama kapal dengan nama gunung antara lain : AWU, BINAIYA, BUKIT RAYA, BUKIT SIGUNTANG, CIREMAI, DOBONSOLO, DOROLONDA, EGON, GUNUNG DEMPO, KELIMUTU, KELUD, LABOBAR, LAWIT, LAMBELU, LEUSER, NGGAPULU, PANGRANGO, SANGIANG, SINABUNG, SIRIMAU, TATAMAILAU, TIDAR, TILONGKABILA, UMSINI dan WILIS.

Sementara ini mungkin benar untuk beberapa kapal, mayoritas diberi nama sesuai dengan dua teori tersebut di atas perihal penamaan kapal. Tahukah kita bahwa pemberian nama kapal bukanlah proses yang sederhana terutama bila untuk mengubah nama kapal yang sebelumnya sudah bernama. Kalo sekarang harus dilakukan pendaftaran kapal untuk pengurusan kepada pihak otoritas dan badan klasifikasi.

Upacara ritual yang rumit biasanya dilakukan untuk memastikan bahwa kapal tidak mengalami nasib buruk yang akan menimpa kapal. Misalnya tenggelam atau terbakar, atau hilang. Apakah ini bagian dari manajemen risiko? Kita tidak tahu.

Memilih nama kapal yang tepat untuk kapal dilakukan dengan pertimbangan hati-hati. Memilih nama bagi pemilik kapal dan kapten biasanya dapat memotivasi agar mencintai dan menghargai kapalnya, agar rajin memelihara dan merawat kapal yang menjadi skala prioritas utama. Akhir kata, bagaimanapun terdapat banyak teori-teori lain dalam praktek penamaan kapal. Apakah ada di antara kita yang mempunyai teori lain? Mari berdiskusi!!

*Penulis adalah Senior Manager of Asset General Affair Division PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)

About the Author

- Akun ini merupakan akun milik tim redaksi MaritimNews.com dan dikelola oleh tim. akun twitter @MaritimNewsCom

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com