Kadin: Persaingan AS dan Tiongkok Bisa Pengaruhi Ekspor RI
MN, Jakarta – Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno, melihat persaingan geopolitik yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang diperkirakan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan, berpotensi berdampak pada peluang ekspor Indonesia ke Negeri Paman Sam tersebut. Hal ini diungkapkannya terkait pelantikan Joe Biden sebagai presiden terpilih menggantikan Donald Trump, Rabu (20/1).
“Biden saya kira lebih cerdas dalam mempertahankan pengaruh ke kawasan. Untuk menjamin hal tersebut, dia akan membuka akses pasar termasuk ke Indonesia,” ujarnya..
Hal ini juga terlihat dari sinyal investasi yang diharapkan datang dari negeri adidaya tersebut untuk dapat mengimbangi masuknya arus modal dari Tiongkok yang dalam beberapa tahun terakhir ini terlihat sangat masif. Seperti kita ketahui, investasi terbesar AS di kawasan ASEAN ada di Singapura dan Malaysia.
Terkait utilisasi GSP (Generalized System of Preferences) yang terbilang masih rendah, pimpinan PT. Apac Inti Corpora ini berpendapat bahwa ini merupakan efek dari diseminasi informasi yang terbatas.
Lebih lanjut, Benny menjelaskan bahwa para eksportir kerap kesulitan menentukan produk-produk yang bisa mendapat tarif preferensi karena informasi yang diperoleh merujuk pada kode HS. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat menyampaikan informasi yang lebih komprehensif.
“Kalau dalam bentuk nomor HS saja, eksportir banyak yang tidak tahu. Ini tugas Kemendag untuk mendiseminasi pelaku usaha apa saja nama barangnya,” lanjutnya.
Terlepas dari kendala itu, dia mengestimasi kebijakan yang disuguhkan Biden pada awal kepemimpinannya ini bisa mengerek ekspor Indonesia hingga US$25 miliar pada tahun ini selama diterapkan secara konsisten, termasuk peningkatan utilisasi dan kelanjutan stimulus ekonomi AS.
Di samping itu, akses ke pasar AS membuka peluang untuk penetrasi ke Meksiko dan negara Amerika Tengah lainnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto mengungkapkan bahwa kinerja ekspor apparel atau produk tekstil rajut Indonesia masih menunjukkan performa yang positif meski sebagian besar fasilitas GSP tak lagi diterima oleh produk ini.
Sebagai contoh, ekspor aksesoris Indonesia dengan fasilitas GSP sampai dengan Agustus 2020 mencapai US$13,3 juta atau turun sekitar 19,2% dibandingkan dengan periode yang sama sebelumnya.
“Angka ini sudah tinggi karena situasi Covid-19, terlebih produk apparel sebagian besar tidak lagi mendapat fasilitas GSP,” ungkapnya.