Published On: Sun, Jul 11th, 2021

Resensi Buku: Tol Laut Konektivitas Visi Poros Maritim Indonesia

Resensi Buku Tol Laut.

Resensi Buku Tol Laut.

MN, Jakarta – Kehebohan visi menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia mungkin sudah tidak menggaung seperti saat awal-awal frasa yang terdiri dari tiga kata tersebut meluncur. Salah satu program yang digadang-gadang menjadi ujung tombak program visi ini adalah Tol Laut.

Tol laut yang dibangun sebagai upaya pemerintah untuk memperkuat konektivitas antar wilayah di negeri ini, merupakan program yang saat peluncurannya sendiri mendapatkan banyak reaksi dari publik saat itu, baik pro maupun kontra. 

Reaksi kontra sendiri lebih dikarenakan mereka belum memahami konsep seutuhnya dari program ini, bahkan terjebak dalam dikotomi penggunaan isitlah tol laut itu sendiri. Kesalahpahaman yang pada akhirnya mampu diselesaikan dengan sangat baik oleh pemerintah dengan sosialisasi dan berjalannya program ini.

Seiring berjalannya waktu serta terus berjalan dan berkembangnya program ini, keinginan dan kebutuhan masyarakat yang ingin terlibat maupun terlayani oleh program ini terus meningkat. Animo masyarakat yang semakin tinggi serta hasil nyata yang ditunjukan oleh program ini dalam menurunkan disparitas harga antar wilayah yang sudah dijangkaunya.

Akan tetapi, berbeda dengan tahun-tahun awal penyelenggaraan program ini yang ramai dengan berbagai bahasan ataupun diskusi di berbagai lahan, beberapa tahun terakhir ini bahasan terkait poros maritim dunia atau lebih spesifiknya tol laut jauh menurun. Padahal sejatinya, program ini masih memiliki banyak ruang untuk dijadikan bahan diskusi atau bahkan hingga mencapai ranah penelitian. 

Ini menjadikan program ini seakan terlupakan dari perhatian publik dan mulai tidak mendapatkan ruang di dalam visi menuju kebangkiatan bangsa Indonesia. Hal yang sudah barang tentu berlaku sebaliknya bila kita melihat kondisi nyata di lapangan, di mana meski masih terus berkembang, keberadaan program tol laut telah memberikan dampak nyata bagi masyarakat, utamanya di wilayah – wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal di negeri ini.

Seakan menjawab sepinya bahasan tentang topik ini, muncul sebuah buku berjudul “Tol Laut Konektivitas Visi Poros Maritim Indonesia” yang ditulis oleh Dr. Capt. Wisnu Handoko dan terbit pada tahun 2020 yang lalu. 

Terbitnya buku dengan tebal lebih dari 160 halaman ini, secara langsung menegaskan bahwa pemerintah masih terus mengembangkan dan memperbaiki berbagai macam persoalan terkait kemajuan sektor maritim negeri ini, khususnya yang melekat pada program tol laut.

Sebagai alumnus Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran (BPLP) Semarang tahun 1995, peraih penghargaan Kartika Niti Yoga atau lulusan terbaik BPLP di tahun yang sama ini, memilki kompetensi dasar yang mumpuni untuk menulis materi teknis terkait program ini.

Dalam buku ini, Capt. Wisnu membahas berbagai hal teknis tentang perencanaan maupun pelaksanaan teknis program ini, mulai filosofi, konsep, hingga berbagai teknis pelaksanaan program ini. 

Lebih lanjut, buku yang penulisannya dimulai pada saat Capt. Wisnu menjabat sebagai Direktur Lalu Lintas Laut (Ditlala) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) ini, diawali dengan bahasan tentang filosofi program ini pada Bab I yang dimulai dari Nawa Cita, Sistranas dan Konektivitas, Sislognas dan Pemeretaan Hasil Pembangunan, Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Tol Laut, hingga Pengertian Program Tol Laut yang dijabarkan secara terperinci.

Poin mendasar buku ini sejatinya ada pada Bab I ini, di mana filosofi program besar ini dibedah menjadi beberapa bagian seperti dirincikan pada akhir paragraf sebelumnya. Menjadi sangat krusial dikarenakan terdapat poin “Pengertian Program Tol Laut” itu sendiri yang hingga saat ini masih ada saja pribadi yang salah memahami istilah “tol laut” ini dengan jalan tol di atas laut, dan pada dasarnya merupakan faktor kunci program ini akan mendapat dukungan dari rakyat secara luas.

Disebabkan oleh salah pemahaman yang masih terjadi hingga saat ini, penjabaran pengertian program tol laut ini juga menjadi titik tolak atau jembatan penghubung bagi masyarakat luas untuk memahami program ini lebih mendalam. Tanpa mengerti benar apa itu tol laut, sulit bagi bangsa ini memahami penting dan krusialnya program ini bagi masa depan negeri dengan posisi sangat strategis bagi dunia ini.

Selain penjabaran tentang pengertian tol lauti, penjabaran tentang Nawa Cita sebagai filosofi dasar visi poros maritim dunia yang diturunkan pada program tol laut ini, secara langsung memperkuat argumen tentang kesesuaian strategi kebijakan pemerintah dengan program-program yang dicanangkannya , dalam hal ini program tol laut sebagai salah satu unggulannya.

Capt. Wisnu juga tidak lupa memasukan satu bagian penting penopang program ini, yaitu dasar hukum penyelenggaraan program ini yang dibahas dalam satu bagian tersendiri. Hal yang sejatinya terlihat formal namun dibutuhkan para pembacanya untuk memperoleh sudut pandang yang baik terkait berbagai hal teknis program tol laut ini, seperti pelibatan satu subsektor dalam program atau alasan megapa ada sektor yang turut dimasukan sebagai poin penting dalam program ini.

Hal-hal yang diperlihatkan pada bab pertama inilah yang menjadikan buku ini sudah cukup baik untuk menjabarkan program unggulan pemerintahan Presiden Joko Widodo sedari awal masa jabatannya. 

Pada bab-bab selanjutnya, peraih gelar doktor dalam bidang Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini juga sudah cukup banyak memberikan berbagai hal yang cukup membantu masyarakat luas untuk memahami konsep tol laut ini sendiri. Meskipun pembahasan yang dibuat masih terkesan terlalu teknis, namun penjabarannya terlihat sudah cukup mudah dipahami oleh orang-orang awam maritim.

Mengingat program tol laut sejatinya bukan hanya diperuntukan bagi insan kemaritiman semata, namun diharapkan bisa memberikan dampak luas bagi seluruh masyarakat Indonesia, penjabaran teknis program ini yang disajikan dalam lebih dari seratus halaman selanjutnya, boleh diberikan apresiasi yang mendalam. Seperti penjabaran tentang beragam hal tenang kapal dan jaringan trayek yang tersaji pada Bab II. Penjabaran ini sudah barang tentu merupakan hal umum bagi para pelaut atau orang-orang di perhubungan laut, tetapi bisa menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat umum awam maritim ataupun insan-insan kemaritiman yang belum tersentuh edukasi tentang hal ini.

Meski begitu, masih banyak hal yang bisa menjadi masukan bagi buku ini, utamanya apabila hendak dibuat edisi berikutnya, seperti menambahkan pengalaman pemerintah dalam mengelola tol laut dari awal pelaksanaan hingga saat – saat terakhir sebelum penyusunan materi. 

Penambahan satu bab lagi terkait beragam studi kasus dalam teknis pelaksanaan selama ini juga bisa menjadi pertimbangan Capt. Wisnu sebagai penulis untuk memasukan ke dalamnya bisa ada edisi berikutnya. Sehingga para pembaca bisa lebih mudah memahami berbagai penjabaran teknis yang telah tersusun cukup baik di dalam buku ini. Pengalaman Capt. Wisnu sebagai Direktur Lalu Lintas Laut (Dirlala) pada awal peluncuran program ini, merupakan modal besar yang dapat dibagikan bagi bangsa ini.

Lebih jauh, pengalaman Capt. Wisnu yang juga menjadi pengajar di beberapa perguruan tinggi, diharapkan memanggilnya untuk bisa mengulas lebih dalam program ini dalam banyak sudut pandang, yaitu sudut padang regulator, teknis, dan juga sudut pandang akademis yang nantinya bisa menjadi perangsang munculnya kajian-kajian literasi dengan bahasan yang lebih spesifik dan mendalam.

Bisa disimpulkan buku ini sudah tersusun sangat baik dan wajib dibaca oleh seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya oleh orang-orang yang terkait langsung dengan teknis kemaritiman.

About the Author

- Redaktur

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com