Fecabs, Alat Pendukung Keamanan Maritim yang Efisien
Jakarta (Maritimnews) – Ferrocement Autonomous Buoy System (Fecabs) akan menjadi sarana yang memperkuat sistem pertahanan dan keamanan maritim Indonesia. Demikian disampaikan oleh Taufik Dwicahyono kala memaparkan hasil disertasinya dalam Ujian Sidang Terbuka Promosi Doktoral Universitas Pertahanan di Aula Mera Putih, Kampus Unhan, Sentul, Bogor, Kamis (6/1).
Selaku Promovendus dengan judul disertasi ‘Rancang Bangun Ferrocement Autonomous Buoy System untuk Static Unmanned Maritime Border Patrol Guna Meningkatkan Stabilitas Keamanan Maritim dalam Rangka Menjaga Kedaulatan Negara’, Taufik yang akrab disapa Cheppy tersebut memaparkan dengan detail kegunaan instalasi Fecabs.
“Kita memiliki konsep Minimum Essential Force (MEF) yang akan tercapai jika pertumbuhan ekonomi kita mencapai 7% dan anggaran pertahanan 2% dari GDP. Tentu keduanya belum tercapai apalagi dengan adanya Covid-19. Nah Fecabs ini bertujuan untuk mengisi gap dari itu dalam menjaga perairan kita yang luas ini,” ujar Cheppy.
Putra kedua dari Wakil Presiden Ke-6 RI Try Sutrisno itu turut memaparkan kondisi geografis kita yang merupakan negara kepulauan dan marak terjadinya ancaman keamanan di laut. Contohnya seperti penyelundupan, narkoba, masuknya kapal selam asing, terorisme dan lain sebagainya.
“Dalam istilah pertahanan kita mengenal adanya Ways, Means, dan Ends. Ini bicara strategi kita dalam menjaga perairan kita. Kita tidak mungkin menggergaji laut yang demikian luas, oleh karena itu kita memerlukan suatu cara agar laut ini bisa kita monitor selama 24 jam,” jelasnya.
Fecabs yang terdiri dari komponen ferrocement untuk di bagian Hull juga dilengkapi dengan Automatic Identification System (AIS), radar dan sonar serta masih bisa ditambah sensor-sensor lainnya. Hal itu membuat Fecabs ini dapat memonitor kondisi di permukaan dan bawah laut. Instalasi ini mengapung di tengah laut dengan memiliki stabilitas yang proporsional.
Instalasi ini juga mampu berfungsi sebagai marka dalam lalu lintas laut. Kemungkinan besar instalasi ini sangat diperlukan di selat-selat strategis (choke points) yang menjadi jalur internasional.
“Kita memiliki Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) di mana kita sebagai negara pantai memiliki tanggung jawab untuk mengamankan alur tersebut. Fecabs ini membantu dalam pengamanan di laut, contohnya dengan memasang alat ini di pintu masuk dan keluar choke points, ” ungkapnya.
Kendati demikian, Cheppy tetap menyebut bahwa fungsi kapal patroli dalam keamanan laut merupakan suatu keniscayaan yang tidak tergantikan. Alat ini justru membantu dalam hal efektifitas dan efisiensi dalam patroli tersebut.
“Setengah dari fungsi kapal patroli bisa dilakukan oleh Fecabs. Jika Fecabs ini telah mendeteksi adanya objek pelanggaran barulah kapal patroli datang untuk meng-intercept pelanggaran tersebut. Ini tentu lebih efisien karena kapal bisa dalam posisi fleet in being, karena kapal bisa mengontrol wilayah laut tanpa harus meninggalkan posisi,” jelasnya lagi.
Pria kelahiran Palembang, 9 Agustus 1964 itu juga menyebut bahwa komponen Fecabs dapat diproduksi di dalam negeri. Hal itu dikarenakan Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia yang melimpah.
“Jadi ide dasarnya selain kita melihat geografis Indonesia, kita juga perlu melihat potensi yang tersedia di negara kita. Saya berharap keamanan dan kedaulatan maritim kita dapat terjaga dengan adanya Fecabs ini,” tegas dia.
Dalam menjawab pertanyaan dari para penguji, Cheppy juga meyakinkan bahwa alat ini dapat membantu penyelesaian batas laut antara Indonesia dengan negara tetangga yang belum clear hingga saat ini. Fecabs dapat menjadi penanda laut kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia.
Bertindak sebagai Ketua sekaligus Panguji Internal I dalam Sidang Terbuka tersebut adalah Mayjen TNI Dr. Joni Widjayanto. Sidang terbuka juga dihadiri oleh Rektor Unhan sekaligus Promotor Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Amarulla Octavian, Co-Promotor Ir. Romie Oktavianus Bura Ph.D dan Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, Ph.D. Selanjutnya para penguji internal antara lain Laksda TNI (Purn) Dr. Siswo Hadi Sumantri, Prof. Dr. Irdam Ahmad, Laksda TNI (Purn) Dr Suyono Thamrin, dan Laksma TNI Dr Trismadi.
Sedangkan sebagai penguji eksternal yakni Guru Besar Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof. I Ketut Aria Pria Utama,Ph.D; Dosen Ilmu Perkapalan Universitas Indonesia Dr. Gunawan, S.T., M.T dan Dosen Teknik Sipil ITS Dr. Eng. Januarti Jaya Ekaputri.
Setelah mendengar keterangan dan pertimbangan Tim Penguji, Ketua Sidang menyatakan Taufik Dwicahyono lulus sidang terbuka studi Doktor ilmu Pertahanan.
“Promovendus berhak menyandang gelar doktor bidang Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan RI yang ke XII Doktor Konsentrasi Teknologi Technical Pertama di Unhan,” kata Mayjen TNI Dr. Joni Widjayanto yang disambut tepuk tangan para undangan.
Sementara, Laksamana Madya TNI Prof.Dr. Amarulla Octavian selaku promotor menyampaikan bahwa suatu kebanggaan dapat mendidik mahasiswa sampai dengan selesai mencapai prestasi akademik tertinggi jadi doktor di bidang Ilmu Pertahanan.
“Lebih lengkap lagi, karena hasil penelitian juga merupakan wujud nyata terhadap kontribusi Ilmu Pertahanan. Kepada Dr. Taufik Dwicahyono untuk tetap mengembangkan Ilmu Pertahanan dalam bidang teknologi Pertahanan,” ujar Prof. Octavian.
“Masih banyak teknologi pertahanan yang harus kita kuasai dan kontribusi dari Dr. Taufik tetap melakukan akselerasi di dalam pencapaian standar teknologi pertahanan yang kita butuhkan,” tambahnya.
Ia juga berharap, Dr. Taufik dapat memotivasi para junior dari prodi S3 Ilmu Pertahanan untuk lebih rajin meningkatkan prestasi belajar sekaligus menyelesaikan disertasi. Hasil disertasi ini ke depannya juga akan menjadi prototype penelitian di Fakultas Teknologi Pertahanan.
“Saya juga berharap Dr. Taufik menjadi panutan kepada seluruh mahasiswa di Unhan atas prestasi akademik yang telah diterima,” pungkasnya.
Sidang tersebut juga dihadiri oleh Wapres RI ke-6 Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno dan para undangan yang terdiri dari keluarga dan kolega dari Dr. Taufik Dwicahyono. (*)