Rescue Boat yang Representatif, Kebutuhan Utama dalam Keselamatan Pelayaran
MNOL, Jakarta – Terbakarnya Kapal Zahro Express menjadi duka di tengah perayaan tahun baru yang tengah berlangsung. Hal tersebut tentunya menjadi evaluasi bagi seluruh pihak yang berhubungan dengan kejadian tersebut.
Selain dalam hal teknis maupun non teknis pemerintah perlu untuk memiliki logistik pendukung yang cukup representatif agar ke depan jika terjadi kejadian serupa dapat ditanggulangi dengan cepat.
Menurut pengamat maritim sekaligus ahli perkapalan dari Assosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI), jika dilihat dalam video rekaman amatir yang tersebar di internet ketika kapal terbakar tidak ada tim yang langsung turun dengan cepat dan memberikan pertolongan pertama.
“Ini menjadi evaluasi besar bagi pemerintah, hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah tidak hadir di laut,” ujar Ahlan dengan geram.
Tentunya dalam upaya preventif agar ke depan kejadian serupa dapat ditanggulangi dengan cepat indonesia membutuhkan kapal pemadam yang cukup representatif. Hal itu bukan tanpa alasan, dalam catatan yang dimiliki bahwa terdapat 51 terbakar dari 439 kecelakaan yang terjadi di laut.
Kekecewaannya terhadap tim penyelamat sudah dilontarkan sejak tenggelamnya KMP Rafelia 2 di Selat Bali pada awal Maret 2016 silam. Kejadian yang tidak dari daratan itu menyisakan pertanyaan besar, yaitu ke mana tim penyelamat baik KPLP, Bakamla, Polair, TNI AL dan sebagainya.
Lanjut Ahlan, diperlukan juga kapal cepat yang berada di masing-masing pelabuhan yang berfungsi debagai kapal penyelamat. Hal ini menjadi penting karena tingkat kecelakaan kapal di Indonesia cukup tinggi.
“Harapannya pemerintah dapat segera mempertimbangkan hal ini mengingat Indonesia sedang berjalan menuju poros maritim dunia, namun kecelakaan kapal kerap terjadi tanpa penanggulangan yang representatif,” harap lulusan Perkapalan Undip ini. (Tan/MN)