Published On: Fri, Sep 7th, 2018

Anomali Poros Maritim Dunia, Negara Maritim yang Doyan Impor Kapal

Eddy K Logam.

MN, Jakarta – Masalah pelemahan kurs yang terjadi akhir-akhir ini membuat euforia keberhasilan penyelanggaraan Asian Games lenyap dalam hitungan hari.

Pelemahan Rupiah terhadap DollarĀ  Amerika Serikat membuka kembali ingatan kita akan resesi ekonomi yang pernah kita lewati pada tahun 1998 dan 2008.

Ketua Umum Iperindo, Eddy K Logam, menyatakan bahwa jika kita ingin menjadi poros maritim dunia maka penguatan industri galangan kapal adalah hal yang mutlak harus dilakukan.

Selama ini kita sudah terlena menjadi pasar industri maritim negara lain. Selama kurun waktu 2006 sampai dengan 2018 saja, Indonesia telah mengimpor lebih kurang 10.000 unit kapal dengan perkiraan nilai taksiran sekitar 100 trilliun rupiah.

Impor kapal tersebut merupakan hal sulit dihindari, karena negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok menawarkan harga yang sangat menarik dengan skema pembayaran yang boleh dikatakan sangat mudah.

Negara-negara tersebut mendukung industri maritim mereka dengan sepenuh hati, perbankan memberikan pembiayaan dengan suku bunga rendah, negara memberikan insentif untuk setiap kapal yang diekspor, dan cluster-cluster maritim dibangun untuk menciptakan efisiensi dalam pembangunan kapal.

Kita bisa lihat bagaimana industri maritim di Korea Selatan dan Tiongkok berkembang pesat, bahkan banyak kota yang tumbuh karena terdapat industri galangan kapal mempekerjakan puluhan ribu karyawan.

Mirisnya, kita sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki cita-cita menjadi Poros maritim dunia, masih belum melihat industri maritim sebagai suatu sektor yang perlu diperhatikan, didorong, dan memiliki potensi untuk menjadi industri unggulan.

Saat ini, berbagai kemudahan diberikan untuk impor kapal secara utuh, seperti pembebasan bea masuk dan PPN, namun untuk membangun kapal di dalam negeri, di industri galangan kapal milik anak negeri, masih dibebani dengan PPN, Bea Masuk, larangan terbatas untuk komponen tertentu, dan suku bunga pinjaman yang hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan Tiongkok.

Harus kita sadari bahwa kita akan tetap membutuhkan kapal untuk menyatukan negeri ini,, kita akan tetap butuh kapal untuk meningkatkan perdagangan antar pulau, kita akan tetap butuh kapal untuk menuai hasil laut yang demikian kaya dan luas ini, serta kita akan butuh kapal untuk memajukan pariwisata di negeri ini.

Alangkah indahnya jika Industri maritim kita bisa bertumbuh, semakin banyak kapal yang dibangun di dalam negeri, konten lokal semakin meningkat, dan satu hari nanti kita benar benar bisa mampu memenuhi semua kebutuhan kapal di Indonesia.

Bukan mustahil bagi Indonesia menjadi basis produksi kapal serta komponennya, sehingga bukan pelarian devisa yang terjadi, namun industri maritim menjadi penghasil devisa karena kapal-kapal buatan Indonesia telah diekspor ke mancanegara.

About the Author

- Redaktur

Leave a comment

XHTML: You can use these html tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com